Chereads / The History About Us. / Chapter 75 - Bagian 74.

Chapter 75 - Bagian 74.

Pagi ini Rachel berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya. Sesampainya di kantor tempatnya magang, ia langsung menuju ke divisinya. Saat sedang menunggu lift, gadis itu meronggah tasnya dan mengambil benda tipis berbentuk segiempat dan mengetikkan sebuah pesan disana. Tidak lama kemudian pintu pun terbuka dan ia segera masuk.

Di dalam ruangan divisinya, Rachel duduk sambil memikirkan apa saja yang harus ia bicarakan pada Alex nanti. Benar, Rachel ingin meluruskan pada Alex kalau ia dan laki-laki itu hanya berteman saja tidak lebih. Ia tidak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan Alex dan Claudi. Walaupun, jujur, ia juga menyukai Alex. Bukan sebagai kakak, melainkan seorang laki-laki.

Saat ia sedang di landa kegalauan, tiba-tiba dari arah belakang ada sepasang tangan yang menghalangi penglihatannya.

"Aduh, kok tiba-tiba gelap sih! Mana aku gak bawa senter lagi, ck."

Alex menahan tawanya agar tidak pecah melihat kepolosan Rachel.

Gadis itu mulai meraba-raba indra penglihatannya dan menyadari seseorang sedang menutup kedua matanya.

"Hei, siapa ini?! Gelap tau!"

"Coba tebak?"

Dari suaranya sudah dapat ditebak, "Al-Alex?" gagap Rachel

Gadis itu takut jika ada yang melihatnya dan melaporkannya ke Claudi. Rachel tidak menginginkan hal itu, maka ia segera melepaskan tangan Alex yang menghalangi penglihatannya dan segera menjauh.

"Ka kamu udah gila ya?"

"Loh, kenapa?!" tanya Alex bingung. Lalu ia segera celingukan, "Lagian disini gak ada siapa-siapa."

Rachel memutar kedua bola matanya, lalu menyeret Alex pergi dari ruangan itu.

Akhirnya, setelah melewati beberapa pintu dan menaiki lift, mereka sampai juga di balkon kantor. Tempat ini adalah tempat mereka bertemu untuk pertama kalinya setelah berpisah dulu.

"Kamu sengaja bawa aku kesini, Hel? Kenapa? Kamu mau berduaan sama aku, hm?"

Rachel hampir kehilangan kesadarannya, saat Alex mulai mendekati dirinya.

"Stop, kak. Berhenti disitu."

Rachel akhirnya bereni menatap wajah Alex setelah ia membuang pandangannya.

"Kak, kita udahin aja ya? Cukup sampai disini."

Kata-kata Rachel membuat Alex membeku di tempatnya.

"Maksud kamu ap, Hel? Aku gak ngerti?!" lagi-lagi Alex mendekati Rachel

"Stop kak, jangan dekatin aku!"

"Tapi kenapa, Hel. Coba kamu jelasin ke aku."

"Dia udah tau semuanya." ujar Rachel sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

Walaupun Rachel tidak berkata siapa yang dimaksud dengan 'dia', tapi Alex cukup paham maksud Rachel.

"Bagai-"

Belum selesai Alex dengan kata-katanya, Rachel berlari meninggalkan Alex dan berakhir dengan teriakan frustrasi yang memenuhi taman kecil itu.

***

Mira tiba di kantor tiga puluh menit lebih awal dari biasanya. Alasan mengapa ia datang secepat itu adalah, ia ingin meminta maaf soal perselingkuhan suami dan istri atasannya itu. Biar bagaimanapun, wanita itu ikut merasa bersalah. Karena dirinya bercerai dengan Heru, maka mantan suaminya itu bisa leluasa kembali pada mantan pacarnya, Wina. Andaikan saja ia tidak menceraikan Heru dulu.

"Mir, kamu gak apa-apa?" tanya Arga sedikit cemas melihat sekertarisnya yang sedang melamunde pan mesin foto copy.

Arga menyadarkan Mira dan langsung masuk ke dalam ruangannya. Mira yang belum  berbicara pun, meruntuki tindakannya yang terlihat bodoh dan menuju ruangan atasannya untuk meminta maaf.

Tok.

Tok.

Tok.

Pintu ruangan Arga diketuk dari luar. Arga yang sedang sibuk merapihkan buku di rsknya pun menjawab tanpa menoleh.

"Ya?"

"Maaf pak, permisi." kata Mira dari luar pintu

Tidak ada sahutan dari dalam, Mira pun segera masuk ke dalam dan mendekati Arga yang sedang melihat sebuah buku.

"Maaf pak, tujuan saya kemari ingin minta  maaf ke bapak." kata Mira membuka percakapan

Mendengar kata-kata maaf Mira membuat Arga menghentikan aktifitasnya dan ia pun mengalihkan pandangannya.

"Kenapa minta maaf? Kamu gak salah. Saya yang salah karena tidak bisa menjaga ostri saya."

Mendengar Arga menyalahkan dirinya sendiri,  perasaan Mira campur aduk. Lalu wanita itu mengeluarkan sebuah amplop tanpa warna dari kantongnya dan menyodorkan ke arah Arga.

"Apa ini?" tanya Arga, namun ia tetap menerima surat tersebut

"Surat pengunduran diri saya pak."

Mendengar itu, Arga yang tadinya hendak membuka lalu membaca surat itu, terdiam beberapa saat. Sebelum ia merobek kertas itu menjadi beberapa bagian.

"Kamu akan menafkahi anak kamu dengan apa jika kamu berhenti bekerja? Memangnya udah dapat pekerjaan pengganti?" tanya Arga

Mendengar pertanyaan itu membuat Mira terdiam. Sebenarnya ia juga tidak mau berhenti bekerja di sini karena sudah betah, selain itu wanita itu juga paham mencari pekerjaan di kota besar seperti Jakarta itu, sulitmya bukan main. Tapi Mira terpaksa melakukannya karena perbuatan Heru, mantan suaminya. Ia merasa sangat bersalah, maka dari itu ia nekat mengambil kepitusan ini.

"Saya akan berpura-pura tidak menerima surat ini dan soal suami kamu, saya yakin kamu juga tidak tahu kan?"

Wanita itu mengangguk kemudian melihat wajah atasannya dengan pandangan kagum serta rasa terimakasih yang sangat besar. Setelah itu Mira pun segera keluar dan kembali bekerja.

***

Rachel duduk disalah satu bangku busway yang akan membawanya menuju rumah kontrakannya. Hari itu ia sangat lelah, terutama batinnya. Sebenarnya ingin sekali gadis itu membuang seluruh perasaannya pada Alex, laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta dari zaman SMA dulu. Sejak pertama kali kepindahannya ke kota ini, saat pertama kali ia melihat Alex untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta pada laki-laki itu.

Walaupun ia sampai di bully oleh kakak kelasnya, ia tetap sabar karena dapat melihat Alex yang tersenyum di sekolah. Gadis itu dapat bertahan karena Alex. Sampai pada akhirnya, ia koma dan kehilangan salah satu sumber kekuatannya. Saat itu Rachel sangat sedih, belum cukup sampai di situ. Gadis itu harus kembali bersedih karena ulah Ayahnya yang selingkuh dengan Mamanya Alex. Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga pula

Setelah bertahun-tahun lamanya, pelan-pelan bisa Rachel bisa melupakan Alex. Dan pada saat ia kuliah, ia harus magang di perusahaan milik keluarga Alex dan tepat pada saat itu Alex kembali ke Indonesia untuk mengambil alih perusahaan. Sekali lagi, ia harus di tampar kenyataan bahwa Alex dan Claudi sudah bertunangan. Saat itu betapa hancurnya hati Rachel saat mengetahui hal itu. Namun tidak disangka, Alex malah mengejar-ngejarnya, bahkan ia sampai pernah berkata kalau laki-laki itu tidak pernah mencintai Claudi. Apa itu masuk akal? Kenapa takdir seperti mempermainkannya?

Rachel mengeratkan pegangannya pada pegangan bus. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ada sepasang... sepertinya mereka adalah sepasang kekasih. Kalau dilihat dari mimik wajah serta perilaku mereka, sih seperti itu. Enah apa yang menjadi topik pembahasan mereka, laki-laki itu tersenyum manis pada perempuannya, 'Mereka bahagia sekali.' pikir Rachel sambil berjalan menuju pintu keluar.

Setelah sedikit berjalan, akhirnya Rachel tiba juga dirumahnya. Ia merasa kakinya sudah tidak sanggup lagi berdiri. Jadi, begitu ia memasuki rumahnya gadis itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas sofa.

"Kamu udah dateng, Hel?" tanya Ibunya ramah

"Hm."

Walau matanya tertutup rapat, tapi Rachel madih bisa mendengar suara lembut itu. Langsung ia membuka kedua matanya.

"Loh, Ibu? Tumben jam segini udah pulang?" tanya Rachel bingung

Biasanya, wanita yang ia panggil Ibu selalu pulang malam biarpun tidak lembur,

"Ibu ada janji sama Bu Jia, kepala divisi keuangan. Kamu juga ikut ya?!"

Rachel yang mendengar itu hanya dapat ber-oh ria dambil memantapkan posisi rebahannya dan detik betikutnya ia kembali membuka matanya, karena terkejut dengan permintaan Ibunya.

"Aku juga ikut, Bu?"

Bukan karena ia malas atau apa, tetapi yang jadi masalah adalah saat ini kakinya amat lelah. Ia sangat ingin istirahat.

"Bu boleh gak kalo misalka-"

"Kamu nolak album BTS favorit kamu, hm?"

Entah Ibunya dapat dari mana, tiba-tiba saja Ibunya sudah memegang album yang bisa ia dapatkan itu. Rachel sendiri tidak bisa mendapatkannya, kenapa Ibunya itu bisa dengan mudah mendapatkannya?

"Wah, itukan album yang aku pengen banget!"

"Album ini bakalan jadi milik kamu, asalkan kamu mau ikut."

Rachel memandang Ibunya dengan raut wajah tidak percaya lalu menyambar album itu dari tangan Ibunya, "Oke, siapa takut?!"

Setelah itu anak gadis itu segera pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Diam-diam Mira tersenyum getir melihat punggung anaknya,

'Maaf ya sayang, Ibu terpaksa ngelakuin ini sama kamu."

***

Jam menunjukkan jam 19.30 malam, bertepatan dengan kehadiran Mira dan Rachel di sebuah restoran. Nama restoran itu adalah 'Pondok Cabe Rawit'. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyajikan sambel yang bermacam-macam dari seluruh penjuru nusantara. Dan yang uniknya lagi, disini trmpat duduknya lesehan dalam sebuah pondok, jadi pengunjung harus membuka alas kaki mereka demi menikmati hidangan, yang rata-rata serba pedas.

Mira langsung menuju pondok paling ujung, sementara Rachel mengekori Ibunya yang berjalan cepat. Bahkan, kakinya sekarang sudah mati rasa akibat terlalu lelah. Tidak beberapa lama, mereka akhirnya sampai di pondok paling ujung.

"Eh, Mir. Udah dateng kamu." sambut Bu Jia antusias

Seperti Ibu-ibu pada umumnya, jika bertemu wajib cepika-cepiki. Dalam hati, Rachel hanya bisa menghela nafas lelah. Lalu di arahkannya pandangan ke arah lain dan tatapannya bertemu dengan pemuda tampan di sebelah Bu Jia. Laki-laki itu tersenyum tipis dan berdiri di hadapan Rachel.

"Hai, Hel. Lama kita gak ketemu." ujar laki-laki itu

Walau agak sedikit bingung, Rachel tetap menjabat tangan laki-laki itu dengan ramah.

"Lho kakak?"

***