Claudi memencet sebuah tombol pada sambungan interkom. Ia meminta seseorang dari divisi keuangan untuk ke ruangannya. Bukan Rachel, melaikan Jia. Ternyata, Jia sudah diperintahkan Wina untuk menuruti keinginan Claudi. Dan sudah menjadi sifatnya, jika ia sedang marah gadis itu akan membuat orang itu tidak tenang.
Tidak lama kemudian pintu pun diketuk dari luar, menadakan jika orang yang dipanggilnya sudah datang.
"Masuk!" jawab Claudi dengan ketus
Jia segera masuk dan mendekati Claudi yang sedang memunggunginya. "Maaf, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kamu ikutin kemana saja Rachel pergi dan bertemu siapa saja!"
"Ada lagi, bu?"
"KELUAR!!!" jerit Claudi.
Jia yang tiba-tiba mendapat bentakkan seperti itu kaget, tapi wanita berumur akhir empat puluhan itu tetap melaksanakan perintah dari Claudi. Ia bisa mengerti kalau calon menantu temannya itu untuk keluar dari ruangan.
Dari penglihatan Jia, Claudi sedang marah, tapi apa penyebabnya? Dan kenapa Claudi meminta untuk mengawasi Rachel? Apa Rachel sudah berbuat sesuatu yang salah pada Claudi? Kemudian wanita itu segera menutup pintu ruangan Claudi perlahan-lahan dan kembali ke divisinya.
Kembali ke dalam ruangan, ternyata menyuruh orang untuk mengikuti Rachel brlum cukup memuaskan hati Claudi. Gadis itu justru jadi bertambah gelisah. Tidak berselang lama, ia segera mengangkat gagang telepon dan memencet nomor yang memang sudah ia hafal di luar kepala.
Panggilan pertama, Claudi belum mendapatkan jawaban untuk panggilannya. Ia segera mencoba lagi dan seorang wanita menjawab dari seberang sana.
"Iya Clau. Sori Mama lagi masak. Ada apa?"
"....Hiks, halo Ma."
Saat ini Claudi sedang melancarkan aksinya untuk mengelabuhi Wina, dengan pura-pura menangis dan ia akan menceritakan semua yang dilihatnya pada calon mertuanya.
mendengar semua penjelasan dari Claudi, Wina jadi marah. Yang tadinya wajahnya tersenyum manis, sekarang jadi merah padam menahan marah.
"Claudi sayang, kamu yang tenang ya. Apa kamu mau kita ketemuan aja?"
"Boleh, Ma. Di kantor aja ya?"
"Ya udah, Mama on the way ya. Bye sayang."
"Bye, Ma."
Begitu telepon dimatikan, Claudi dengan santainya menghapus air mata yang menggenang di area matanya.
"Setelah ini, lo gak bisa ngapa-ngapain Rachel!" kata Claudia sambil mengeluarkan senyum jahat dibibirnya.
Benar, tadi ia hanya pura-pura menangis, untuk mendapatkan rasa simpati Wina saja. Claudi adalah tipe orang yang akan melakukan apapun, demi kepentingannya sendiri.
***
Sekarang Claudi sedang menunggu kedatangan Wina di loby perusahaan. Sambil menunggu ia memainkan ponselnya, sekedar mengirimkan pesan pada teman-temannya di London. Claudi tertawa tertahan ketika membaca balasan dari temannya, tanpa ia sadari mobil yang membawa Wina sudah berhenti di depannya.
"Clau- apa sih, Her?"
Mendengar suara Wina membuat Claudi sedikit mengalihkan pandangannya dari ponsel. Dapat ia lihat, lelaki dalam mobil itu mengecup pipi calon Mama mertuanya dengan mesra. Lelaki ini bukan om Arga melainkan lelaki asing.
'Siapa pria ini? Deket banget sampai berani cium-cium.' pikir Claudi dalam hati.
Wina pun turun dari mobil, sementara Claudi berpura-pura tidak melihat apa-apa dan segera berlari menyambut Wina. Saat sedang berlari, mobil pria ading itu, kacanya belum sepenuhnya tertutup, jadi Claudi dapat melihat pria itu dengan jelas, walau hanya sekilas.
'Seperti pernah lihat, tapi dimana?' bisik Claudi dalam hati
Setelah Claudi menjemput Wina di loby, mereka sama-sama naik ke kantor Claudi. Dalam perjalanan, Wina banyak bercerita sementara Claudi lebih banyak diam. Dalam hatinya ia sedang mencoba mengingat-ngingat dimana ia pernah bertemu dengan pria itu.
"Clau? Sampai kapan kamu mau disitu?"
Saking asyiknya melamun, gadis itu tidak sadar jika puntu lift sudah terbuka.
"Eh i-iya, Ma. Sori sori Claudi lagi mikirin cara buat jauhin Rachel dari Alex."
"Rachel? Maksud kamu Rachel adik kelas kalian?"
Claudi mengangguk lemah dibuat-buat. Dalam hatinya, gadis itu sangat bersemangat memberi tahu apa yang dilihatnya pagi ini.
"Kok bisa?"
"Kita keruangan aku yuk. Disana lebih enak."
Claudia berjalan lebih dulu sambil menarik tangan Wina kemudian berjalan cepat menuju ruangannya.
"Jadi, gimana ceritanya?" tanya Wina cepat
Ini juga menyangkut dirinya, hubungannya dengan Heru. Yang berarti Rachel adalah anaknya juga, ia tidak mungkin membiarkan anak kandungnya berpacaran dengan anak tirinya.
Setelah mereka duduk, Claudi mulai menceritakan semua yang dilihatnya. Tidak lupa ia juga sedikit mengkarang cerita, tujuannya agar calon Mama mertuanya ini bertambah marah pada Rachel.
"Serius kamu? Kamu gak lagi bohongin Mama kan?!" tanya Wina terkejut setelah mendengar Rachel dengan sengaja mencium Alex dari Claudi.
Claudi mengangguk sembari mengelap air mata buayanya. Melihat menantu kesayangannya menangis, membuat Wina merasa iba. Lalu wanita itu meraih tangan Claudi dan menggengamnya erat.
"Kamu tenang aja sayang, Mama akan urus ini, ok?"
***
Mira mendapatkan panggilan interkom dari Arga. Atasannya itu meminta sebuah berkas, dan saat ini ia sedang pusing mencari keberadaan berkas itu. Karena seingatnya berkas itu ada di atas meja. Arga sengaja meminta berkas itu agar disiapkan, karena setelah jam makan siang nanti mereka akan mengadakan rapat dengan rekan perusahaan yang akan menjadi partner bisnisereka. Kalau sampai berkas itu tidak ada, kerja sama ini tidak akan berjalan, di dalam berkas tersebut juga terdapat perjanjiannya. Sumpah drmi apa pun, saat ini Mira sedang pusing mencari keberadaan berkas tersebut.
Saat sedang pusing-pusingnya mencari, tiba-tiba Wina datang. Mau tidak mau, Mira membungkuk melihat istri atasannya. Walaupun Wina adalah pelakor dalam rumah tangganya, tapi ia masih istri sah atasannya, Arga.
"Halo bu, pak Ar-"
"Saya mau bicara sama kamu, ikut saya."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Wina segera membawa Mira ke tangga darurat untuk berbicara dengan Mira.
"Kamu tau kan kalau anak saya sudah bertunangan?" tanya Wina setelah mereka sampai
"Iya bu. Saya tau hal itu."
Wina membalikkan badannya menghadap Mira.
"Kalau sudah kenapa Rachel masih mendekati putra saya?" bentak Wina
"Maaf Bu, saya ti-"
"Apa? Mau bilang tidak tau? Kamu punya matakan?"
Tepat pada saat itu Arga keluar dari ruangannya. Ia heran melihat meja Mira yang kosong. 'Tidak biasanya kosong' pikir Arga sambil berjalan melewati meja Mira. Rencananya ia akan mengunjungi anaknya untuk mengajak makan siang.
Akan tetapi ketika ia hampir mendekati tangga darurat, pria itu tidak sengaja mendengar suara orang bertengkar dalam tangga darurat. Jadi, karena penasaran ia pun mendekati pintu menuju tangga darurat.
"Ibu sama anak sama saja, ya rupanya."
'Itu bukannya suara Mama? Sedang apa dia disini?' pikir Arga.
"Maaf, bukannya anda yang sudah mengganggu ketenangan rumah tangga saya?"
Plak.
Setelah mendengar suara itu, Arga segera membuka pintu menuju tangga darurat dan melihat tangan Wina terangkat, ingin menampar wajah Mira lagi. Dengan panik, Arga langsung berlari menghentikan Wina.
"Ma, sudah cukup!"
Kedatangan Arga ini membuat kedua wanita itu terkejut.
"P-pak Arga?" gagap Mira
"Papa?"
Sekarang perasaan Wina waswas bercampur cemas. Wanita itu takut, kalau suaminya itu mendengar apa yang dikatakan Mira tadi.
"Ini kenapa kalian bisa sampai bertengkar? Bagaimana kalau ada yang melihat?" tanya Arga pada kedua wanita itu.
"Bu Wina yang lebih dulu merrbut suami saya!" teriak Mira lantang
Sekarang wajah Wina sangat terkejut mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Mira.
"Apa kamu bilang? Mir, kamu jangan bercanda ya?!"
Arga memalingkan wajah ke arah Wina, melihat dengan tidak percaya. Tapi sepertinya wajah Wina mengatakan kalau ia sedang selingkuh.
"Kalian berdua ikut saya ke ruangan. SEKARANG!" perintah Arga menahan marah
Wina dan Mira menurut. Wina bersumpah akan membunuh Mira kalau sampai ia dan Arga bercerai.
***