Keesokan siangnya di cafe M&S, seorang gadis berpakaian elegan dancaranya duduk yang sama terlihat duduk di kursi yang telah disediakan. Dandanannya pun tidak kalah dengan pakaiannya, sama-sama mewah. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya, 'Telas 5 menit.' bisiknya dalam hati. Meski orang yang ditunggunya telat, namun Tania masih setia menunggu. Bukankah Tania paling benci dengan keterlambatan? Lalu apa yang membuatnya hingga rela menunggu? Sudah pasti ada sesuatu.
"Sori, kamu lama nunggu ya?" kata seorang laki-laki yang menghampiri dan duduk dihadapan Tania
Begitu melihat dan mendengar permintaan maaf dari laki-laki dihadapannya, Tania langsung mengembangkan senyumnya.
"Iya, gak apa-apa. Oh ya mau minum apa?" tawar Tania
"Kopi hitam aja."
"Ya udah, aku pesenin dulu ya. Kamu tunggu disini."
Sambil menunggu, Adit mengirimkan pesan teks pada Ibunya. Hanya sekedar memberitahu lokasinya saja.
Tidak lama kemudian, Tania datang dengan secangkir kopi dan di letakannya di hadapan Adit. Laki-laki itu yang menyadari kehadiran Tania, langsung menyimpan ponselnya dan menatap Tania sambil mengucapkan terimakasih.
"Awas, masih panas." kata Tania perhatian
Selama ini, belum pernah ada satu orang pun yang bisa menaklukkan hati Tania setelah Zack. Zack adalah nama pacar pertama dan orang yang membuat Tania menghindari mahkluk yang bernama laki-laki. Waktu itu laki-laki blesteran asia-eropa itu diam-diam berselingkuh dengan sahabatnya dari SMP.
Akan tetapi, semua itu dapat di patahkan oleh laki-laki bernama Adit. Yang berprofesi sebagai pelayan di cafe. Tentunya, hal itu tidak menjadi penghalang bagi Tania. Gadis itu bisa saja berbohong pada orangtuanya nanti. Jika mereka menanyakan ini, tentunya.
"Jadi, nanti ketemu Mama kamu?" tanya Adit sambil mengangkat cangkir, hendak menyeruputnya.
Oh iya, Adit sudah menyetujui untuk menjadi suami 'pura-pura'nya Tania. Kasihan, Adit menjadi iba dengan Tania ketika gadis berusia 26 tahun itu, menceritakan kisahnya.
"Jadi dong, sayang." ucap Tania keceplosan
Adit yang mendengar hal itu, langsung tersedak kopi yang akan diteguknya.
"Uhk, uhk, uhk. Sayang? Maksudnya?" tanya Adit yang mengelap kemejanya menggunakan tisu.
Tania sangat kebingungan, ia tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Dalam hatinya ia terus saja mengutuk mulutnya. Itukan sama saja dengan membongkar rahasianya sendiri.
"Ya, i-ni sebagai latihan di depan orangtuaku."
Untungnya, Tania memiliki otak yang encer. Jadi, ia bisa dengan cepat mengatasi hal ini.Adit mengangguk membenarkan.
"Aku permisi ke toilet ya, bersihin ini." kata Adit sambil menuju ke arah baju yang tersiram kopi.
Tania segera mengangguk dan Adit segera meninggalkan mejanya, untuk pergi ke toilet.
Tidak lama setelah itu, Adit pun kembali dari toilet.
"Nodanya susah ilang, gimana nih?" lapor Adit pada Tania
Tania hanya menahan tawa ketika Adit melapor. Saat ini laki-laki dihadapannya ini mirip dengan anak kecil yang sedang memelas.
"Apa ada yang salah?" tanya Adit kebingungan.
Tania melambai-lambaikan tangannya depan Adit, lalu ia segera berdiri.
"Ayo kita ke mall, kamu harus beli baju baru."
***
Saat ini Adit dan Tania sedang dalam perjalanan menuju hotel untuk menemui orangtua Tania. Sebenarnya, Adit lumayan gugup. Apalagi dengan jas mewah yang baru dibelikan Tania tadi, padahal tadi Adit sempat menolak karena ia merasa harga jas itu terlalu mahal. Tetapi, bukan Tania namanya kalau tidak bisa memaksa Adit. Dan beginilah penampilan Adit setelah di makeover oleh Tania. Rambutnya terlihat lebih maskulin, jas dan arloji mewah melingkar pada pergelangan tangannya, dan ia juga mengenakan sepatu yang harganya seperti gajinya selama 5 tahun. Total yang ia pakai lebih mahal dari kontrakan tempatnya tinggal.
"Nanti kamu taukan harus bilang apa?"
"Aku lulusan Sydney dan sekarang kerja jadi manager di sebuah butik?"
"Perfect." ucap Tania sembari tersenyum manis
Senyuman yang dapat menyihir siapa pun yang melihatnya, termasuk Adit.
Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai juga di loby hotel. Tania lebih dulu keluar dari loby hotel, lalu diikuti Adit. Tania berjalan lebih dulu di depan, sedangkan Adit tertinggal di belakang, di karenakan laki-laki itu masih sedikit canggung dengan apa yang dipakainya.
"Tan, tungguin. Kok orang-orang pada liatin aku ya? Aku risih." tanya Adit
"Udah, abaikan saja. Sini tangan kamu, aku mau gandeng."
Adit memberikan tangannya dan Tania pun menggandeng tangan laki-laki itu dengan santainya. Malah terkesan ia sudah biasa melakukannya. Adit ingin bertanya, tetapi pasangannya itu sudah melangkah lebih dulu. Mau tidak mau ia mengikuti langkah riang Tania.
Mereka pun memasuki restoran mewah, lalu para pelayan langsung membungkuk hormat pada Tania dan juga Adit. Ada seorang pelayan yang menawarkan ingin mengantarkan mereka, tapi hal itu justru ditolak Tania. 'Kayaknya dia sering kemari.' pikir Adit dalam hati.
Kemudian, Tania mengajaknya untuk masuk. Adit menurut saja. Pada saat di tengah perjalanan, Adit menghentikan langkahnya karena ia merasa gugup. Entah apa aladannya merasa gugup, ia seperti akan meminta restu untuk menikahi seorang gadis. Padahal tujuan laki-laki itu datang adalah untuk hal itu, meskipun hanya pura-pura.
"Bentar. Tarik nafas dulu, semoga nanti aku gak salah bicara."
Tania tersenyum tipis mendengar monolog Adit. Kata-kata Adit membuatnya memiliki kupu-kupu diperutnya. Meskipun hanya pura-pura tetapi Tania tetap bahagia memiliki Adit.
"Kayaknya mereka belum sampai. Duduk dulu, yuk." ajak Tania
Mereka pun duduk di salah satu meja yang memuat 4 orang. Setelah duduk, Tania pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon Mamanya. Tidak lama setelah Tania menelepon,
"Mama aku lagi berenang sama temannya. Tunggu ya." kata Tania
Lumayan lama mereka menunggu, Adit tidak bisa menahan kegugupannya. Ia akhirnya izin pada Tania untuk pergi ke toilet. Pada saat Adit pergi, Mama dan teman Mamanya pun datang.
"Pacar kamu mana, Tan?" tanya Wina
"Om juga mau liat." sambung Heru
Tania tersenyum, "Tunggu ya, dia lagi ke toilet. Gugup."
Sebenarnya, Tania agak sedikit risih dengan kehadiran Heru. Sempat anak gadis itu memiliki pikiran kalau Mamanya ini berselingkuh, tapi buru-buru ia tepis pikiran itu.
"Maaf, om tante lama menunggu ya?" tanya Adit ramah
Wina dan Heru sama-sama mengalihkan wajah mereka kearah Adit. Dan alhasil mereka saling terkejut satu sama lain. Wina dan Heru yang terkejut melihat Adit, begitupun sebaliknya. Sementara itu Tania, kebingungan melihat ekspresi mereka.
"Ap-"
Belum selesai Tania dengan ucapannya, ia mendapatkan permintaan maaf dari Adit, sebelum laki-laki itu segera pergi meninggalkannya. Tania ingin mengejar Adit, namun tangannya ditahan oleh Wina.
"Sudah biarkan saja dia!"
Sementara Heru masih tetap duduk ssmbil memijit pelan kepalanya menggunakan jarinya.
***
"Pokoknya Mama gak setuju ya, Tan!" seru Wina
"Alasannya, apa Ma?" tanya Tania dengan wajah yang menahan tangis.
Wina terdiam tidak bisa menjawab. Akhirnya ia bisa membuka hatinya lagi setelah sekian lamanya, tapi sekarang justru Mamanya tidak memberikan izin. Lebih-lebih dengan alasan yang tidak jelas.
Setelah kepergian Tania, Wina duduk dibangkunya sambil memijit kepalanya.
"Aku gak bisa kasih izin untuk mereka!" ucap Wina
"Kenapa enggak?" tanya Heru
"Kamu pikir aja sendir deh!" ucap Wina sedikit kesal
"Kalau kita bisa sama-sama, kenapa mereka enggak? Mungkin ini udah jalan mereka." kata Heru mencoba memberikan nasehat
Mendengar hal itu, Wina langsung berdiri dari duduknya dan menatap Heru tajam.
"KAMU TUH YA! Kamu angep aku ini apa?" teriak Wina tiba-tiba
Tampaknya wanita itu salah paham dengan maksud Heru. Pria itu ikut berdiri dan ingin menemangkan Wina. Tapi terlambat, Wina lebih dulu pergi dari tempat itu. Heru mengacak rambutnya.
"Dasar wanita aneh! Selalu salah paham dengan maksud aku!"
***
Wina berjalan menuju mobilnya terparkir. Saat ini ia sangat marah dan kecewa pada Heru. Bisa-bisanya pria itu menbiarkan anak mereka menikah? Dengan kata lain, Heru tidak ingin menjadi suami sah Wina. 'Lantas apa yang menjadi motivasinya pacaran denganku?' pikir Wina. Kemudian wanita itu segera memukul setir yang ada di hadapannya. Tiba-tiba ia jadi merindukan Arga, suami sahnya. Sifat Arga sangat berlawanan dengan Heru. Kalau Heru tipe laki-laki yang selalu membuat Wina sakit kepala, sedangkan Arga justru membuat Wina melepaskan beban dipundaknya. Tapi entah kenapa, Wina memilih untuk menyelingkuhi pria sebaik Arga.
"Ke kantor mas Arga, ah." monolog Wina sambil menjalankan mobilnya
Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya Wina sampai di kantor Arga. Ia masuk lewat pintu basmet, naik lift menuju ruangan Arga.
Ketika sudah sampai, Wina melihat meja sekertaris kosong. 'Mira-mira itu kemana sih?' Lalu ia melihat pintu ruangan direktur utama-ruangan suaminya sedikit terbuka. Terdengar suara tertawa samar-samar dari dalam sana.
Karena penasaran, Wina sedikit mengendap-endap menuju pintu yang terbuka dan melihat ke dalam.
"Dasar wanita murahan!" umpat wanita itu kesal
Bagaimana tidak kesal, Wina melihat Mira yang sedang tertawa berdua dengan Arga. Entah mengapa di mata Wina, mereka terlihat sangat mesra.
Segera saja Wina berjalan ke meja Mira dan mengambil sebuah file penting dari atas meja Mira.
"Mari kita lihat, habis ini apakah kamu masih bisa tertawa?"
Setelah itu Wina bergegas meninggalkan kantor Arga.
***