Alex menyetir mobil dengan ugal-ugalan, untung saja malam itu jalanan sudah sepi. Tidak biasanya ia seperti ini, pasti ada sesuatu yang sedang sangat mengganggu pikirannya. Apalagi kalau bukan soal tadi? Laki-laki itu marah karena perjodohannya dengan Claudi dipercepat. Alex tidak habis pikir, apa yang membuat Mamanya itu tiba-tiba berubah pikiran? Apa mungkin Claudi yang meminta hal itu tanpa sepengetahuan Alex? Ataukah Mamanya mengetahui soal Rachel? Tapi bukankah Wina akhir-akhir ini jarang ke kantor? Jadi, sangat mustahil kalau wanita yang telah melahirkan Alex itu tahu.
Tidak lama kemudian, Alex sudah sampai di rumahnya. Ia langsung turun dari mobilnya, membuka pintu rumah dengan kasar, dan menutup dengan cara membantingnya. Sampai-sampai membuat para pelayan di rumah itu gemetar ketakutan dan Tania yang sedang di kamarnya pun keluar.
"Lho Lex... ada apa?" tanya Tania yang sedang membaca buku di ruang keluarga.
"Awas kak, gue mau ke kamar." kata Alex dengan nada dingin.
Tania pun menyingkir dan membiarkan Alex lewat dan adiknya itu pun naik menuju kamarnya. Saat Alex menutup pintu kamarnya ia membantingnya dan menghasilkan suara yang tidak kecil. Tania pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap adiknya yang cukup arogan.
Tiba-tiba Papa mereka, Arga memasuki ruang keluarga. Alhasil Tania langsung menanyakan apa yang telah terjadi.
"Itu Alex kenapa, Pa?" tanya Tania.
Sekilas Arga menatap kamar Alex dan menghela nafas panjang.
"Berantem sama Mama kamu."
"Berantem? Terus penyebabnya?" tanya Tania lagi
Arga lagi-lagi menghela nafas dan membimbing Tania untuk duduk dan Arga menceritakan seluruh kejadian yang terjadi di hotel. Setelah Tania mengetahui itu, ia menjadi marah dan segera menuju kamar Alex untuk berbicara 4 mata dengan adiknya.
"Kak, lo kok masuk sembarangan sih?" tanya Alex dengan nada suara yang masih marah
"Apa bener, penikahan lo dipercepat?"
"Lo tau dari mana?"
Tanpa berpikir panjang, Tania langsung menghampiri Alex, dan mengujaninya dengan pukulan yang bertubi-tubi.
"Lo kok gitu, sih? Dasar adek gak tau diri! Berani-beraninya lo... Tanpa izin gue!!!"
Tania membabi buta memukuli Alex tanpa henti, saat ini ia sangat marah. Bagaimana dengan harga dirinya sebagai kakak? Apa hal itu mungkin? Dengan sigap, Alex menahan kedua tangan Tania dan berusaha menjelaskan.
"Semua ini tuh bukan kemauan gue, kak!"
Tania secara otomatis menghentikan gerakan tangannya.
"Mama, entah apa alasan dia. Tapi gue merasa ada yang aneh sama Mama." kata Alex
Tania langsung terdiam mendengar penjelasan dari Alex. Ia hanya bisa memeluk adiknya itu. Dari mata Alex, Tania bisa langsung mengetahui kalau adiknya itu sangat tertekan dengan semua ini.
***
Sudah lewat seminggu pertengkaran Alex dan Rachel si tangga darurat. Sekarang Alex menjadi orang yang bisa dibilang 'gila kerja'. Akhir-akhir ini Alex sering pulang latut dan mengambil lembur padahal pekerjaan yang sedang dikerjakan olehnya tidak terlalu penting. Melihat hal itu membuat Arga berasumsi kalau putranya itu tertekan dengan omongan Wina pada malam itu.
Hal itu juga tidak lepas dari perhatian Rachel. Ada perasaan bersalah terselip dihatinya. Tapi sayang, ia hanya mampu memperhatikannya dari kejauhan. Kalau boleh jujur, sebenarnya Rachel juga masih sangat menyukai Alex. Buktinya saja ia tidak pernah berpacaran dengan siapapun sampai sekarang, meskipun ada yang mendekatinya. Vino contohnya. 'Oh ya apakabar dengan kak Vino ya?' tanya Rachel dalam hati sambil mencari nomor ponsel Vino. Karena takut mengganggu akhirnya Rachel pergi dari sana.
"Halo, kak? Kakak apa kabar? Udah lama ya?"
Saat itu Rachel sama sekali tidak menyadari, kalau ada sesrorang yang sedang memperhatikannya dengan sangat intens. Ya siapa lagi kalau bukan Alex? Saat ini, amarahnya sudah tidak bisa ia bendung. Jadi, ia segera menuruni tangga untuk menghampiri Rachel, merebut ponselnya, dan segera membanting benda itu sampai hancur berkeping-keping.
"Alex, apa-apaan kamu?!" kata Rachel dengan marah.
"Kamu yang apa-apaan. Telponan saat jam kerja? Apa itu mencerminkan hal yang baik?"
Setelah berkata seperti itu Alex langsung pergi meninggalkan Rachel. Alex tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia langsung nerbalik ingin menghampiri Rachel. Tapi rupanya gadis itu terlebih dahulu keluar dari tangga darurat dengan tatapan dinginnya yang menatap Alex.
"Hel, maafin a-"
"Diam! Aku gak mau dengar alasan apapun!" bentak Rachel
Ia pun langsung menuruni tangga dan memasuki pintu penghubung yang berada di lantai bawah. Melihat itu Alex hanya bisa berdiam diri, setelah Rachel masuk barulah ia melampiaskan kekesalannya, dengan cara berteriak dan menendang tembok. Saat ini, laki-laki itu sangat kesal dengan sikap dirinya yang gampang emosi.
***
Akhirnya jam pulang kantor tiba, seperti biasa Rachel pulang dengan menaiki transportasi umum. Pada saar ia sedang menunggu bus, tiba-tiba sebuah mobil mewah nerhenti dihadapannya dan di pengemudi memintanya untuk segera masuk. Seperti tidak mendengar apa-apa, Rachel mengabaikan panggilan itu dan memilih menyetop sebuah taxi yang kebetulan lewat.
Saat Rachel menaiki taxi tersebut, si penhendara yang ternyata Alex pun keluar dari mobilnya. Melihat itu membuat Alex bertambah marah, lalu ia memasuki mobilnya kembali dan mengikuti taxi yang dinaiki Rachel.
Rachel tidak langsung pulang melaikan mampir ke sebuah cafe di dekat rumahnya. Selama di perjalanan gadis itu mendapat SMS dari Adit, kakaknya yang menyuruh adiknya untuk menemuinya di cafe dekat rumah. Gadis itu tidak berfikir macam-macam karena kakaknya yang meminta. Ia berpikir kalau kakaknya itu mempunyai sesuatu yang ingin dibicarakan berdua dengannya.
Setelah sampai, Rachel memasuki cafe tersebut dan menghampiri Adit di tempat duduknya.
"Kak, tumben banget manggil ke sini. Ada apa?" tanya Rachel sambil menarik kursi untuk ia duduki
Adit yang sedang fokus bermain game hanya melirik adiknya sebentar, lalu fokusnya kembali pada game yang sedang ia mainkan pada ponselnya.
"Ada yang mau ketemu. Bentar dia lagi ke toilet."
Rachel menyeritkan kedua matanya. 'Siapa? Ada yang mau ketemu, tumben banget.' Saking sibuknya Rachel dengan pikirannya, sampai ia tidak menyadarin ada seorang laki-laki yang sedang berdiri di belakangnya.
"Hai, aku boleh duduk samping kamu gak?" tanya orang itu
Rachel memutar kedua bola matanya dan ingin berbicara sambil melihat orang itu, jadi ia memutar badannya. Betapa kagetnya ia ketika menatap orang itu. Tanpa basa-basi, Rachel segera memeluk orang itu dengan erat.
Hal itu tentu saja membuat Alex yang mengikuti Rachel pun marah. Ia bahkan sampai melotot dan tangannya terkapal erat. Tanpa basa-basi ia langsung mendekati orang itu dan langsung menghajarnya tanpa alasan.
"Aaa... Kak Alex apa yang kamu lakukan?"
"Siapa lo? Berani-beraninya peluk gebetan gue!" kata Alex sambil siap melayangkan pukulannya.
"Kak Alex dia kak Kenzo!" teriak Rachel
Alex melihat Kenzo yang mengaduh kesakitan. 'Ternyata Kenzo.Tapi tetap saja.' Seakan mengerti dengan raut wajah Alex, Rachel langsung angkat bicara.
"Kenzo itu kakak aku." kata Rachel yang masih kesal dan Alex hanya membulatkan matanya, karena omongan Rachel barusan.
***