Dari tadi pagi, Alex terus saja berdiri di dekat divisi keuangan. Matanya tidak henti-hentinya memandangi Rachel yang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya di komputer. Seakan-akan ia takut sesuatu akan menimpa gadis itu. Sebenarnya bukan tanpa alasan, Alex memandangi Rachel. Laki-laki itu hanya heran dengan sikap gadis itu akhir-akhir ini. 'Apa aku ada buat salah ya sama dia? Kalo ada aku harus minta maaf.' pikir Alex ia berjalan mendekati meja Rachel dan mengetuk beberapa kali meja itu.
Tok.
Tok.
Tok.
Begitu melihat Rachel mendongakkan kepala, ia langsung bangkit berdiri sambil menundukkan kepala.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Rachel sopan
"Gak ada, saya cuma mau panggil kamu aja. Ikut saya."
Rachel hanya menundukkan kepalanya lalu pergi mengikuti Alex ke ruangannya. Ternyata semua itu tidak lepas dari pandangan Claudi. Ia pun jadi sedikit cemburu pada Rachel.
Rachel terus berjalan mengikuti Alex. Ia merasa aneh, karena ini bukan jalan menuju ruangan Alex. Rachel bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya apa mau dari laki-laki ini?
Alex pun tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu Rachel. Gadis itu terlihat gugup, ia siap mendengarkan teguran apapun asalkan bukan soal alasan kenapa ia menghindari Alex.
"Hel, kamu menghindari aku?" tanya Alex masih dengan posisi membelakangi Rachel
"Tidak, pak." jawa Rachel madih menundukkan kepalanya
"Jangan pakai kata-kata formal kalau cuma berdua, a ku gak suka. Apalagi kamu udah bohong sama aku!"
Rachel tersentak kaget mendengar Alex membentaknya. Kemudian Alex mendorong tubuh Rachel sampai menabrak tembok dan langsung mengurungny dengan tubuhnya.
Dengan tenaga yang tersisa Rachel mendorong tubuh Alex ke belakang, bahkan hampir terjatuh.
"Lepas, kak! Kakak gak ada hak ngatur-ngatur aku!"
Setelah berkata seperti itu, Rachel segera pergi dari tempat itu sambil mengelap wajahnya yang kini sudah bersimbah air mata.
"Sory Hel, aku gak maksud nyakitin kamu." kata Alex dengan tertunduk lesu.
Mungkin sekarang, gadis itu sudah tidak mau bertemu dengannya, apalagi melihatnya.
Tiba-tiba datanglah Claudi yang entah dari mana. Ia tersenyum melihat Alex, sementara laki-laki itu justru memalingkan wajahnya.
"Hai Lex, aku cari kamu dati tadi ternyata disini."
"Kenapa?"
"Cuma mau bilang, nanti malam kita ada acara makan malam di hotel Fortune."
"Kok mendadak?" Alex menyerit bingung
Claudi hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.
***
Alex dan Claudi turun di depan hotel Fortune. Lalu, laki-laki itu menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas vale dan ia bergegas masuk bersama Claudi. Tiba-tiba saja Claudi menggandeng lengan Alex. Alex merasa ridih dan dicegah Claudi, lalu gadis itu pun membisikkan susatu yang membuat Alex terdiam, tidak berkutik. Dengan pasrah Alex membiarkan tangannya digenggam oleh Claudi, walaupun hal itu bertentangan dengan hatinya.
Akhirnya, mereka tiba di restoran hotel. Lalu pegawai restoran hotel itu membawanya ke meja yang sudah di pesan oleh Mama Alex. Ya, Wina yang meminta pertemuan ini diadakan. Tentunya atas permintaan dari calon menantu kesayangannya, Claudi.
Yap, benar sekali. Usai melihat Alex yang terus memamdangi, bahkan menghampiri Rachel Claudi menjadi cemburu dan langsung meminta Wina untuk mengadakan pertemuan keluarga ini.
"Eh, ada om Wira juga. Halo om." sapa Alex sambil menarik kursi dihadapannya.
Wira hanya tersenyum sambil mengangguk mendengar sapaan Alex.
Tidak lama setelah Alex dan Claudi datang, makanan pun disajikan. Mereka semua pun makan dengan tenang. Hanya ada suara garpu dan pisau yang menggiris daging steak yang terdengar.
Ditengah-tengah keheningan itulah kesempatan bagi Wina untuk memberikan pengumuman. Wanita itu mengetukkan pisau pada gelas, sebagai tanda kalau ia meminta perhatian semua orang yang ada di meja itu. Tetapi tidak dengsn Alex yang melanjutkan makannya.
"Begini, bagaimana kalau kita mempercepat perjodohan. Gimana menurut kamu, Wir?"
"Uhk, uhk..." Alex langsung tersedak daging sapi yang sedang dikunyanya.
Sementara, Arga langsung menengok ke arah istrinya. Ia tidak percaya istrinya mengatakan itu. Pria itu langsung berdiri dan pamit keluar sebentar untuk berbicawa dengan Wina.
Claudi langsung memberikan Alex segelas air mineral dan menepuk-nepuk punggung pujaan hatinya itu. Melihat itu Wira menjadi sangat yakin dengan keputusan putrinya yang ingin mempercepat pernikahan.
"Gimana pendapat kamu soal perkataan Mama kamu, Lex?" tanya Wira pada calon menantunya
"G-gak tau om. Saya sih ikut saja om." jawab Alex agak gelagapan.
Sejujurnya, ia tidak ingin menikah dengan orang yang tidak ia cintai, seperti Claudi. Yang ia rasakan ke Claudi bukanlah cinta melainkan perasaan sayang yang tulus dari adik kepada kakaknya. Namun, tampaknya Claudi salah paham.
Karena ia tidak ingin menyakiti perasaan Claudi, maka dengan sangat amat terpaksa ia menerima perjodohan ini. Tapi ini sudah melewati batas! Ia akan protes pada Mamanya nanti.
***
Arga menarik Wina keluar dari restoran dan melepasnya ketika sampai diluar. Pria itu sama sekali tidak paham dengan pemikiran istrinya itu. Biarpun Alex anak laki-laki mereka satu-satunya, bukan berarti istrinya bisa melupakan Tania.
"Ma, gimana mungkin kita membiarkan Alex menikah? Apa itu masuk akal?" tanya Arga
Wina hanya mendengarkan celotehan suaminya itu dan menganggap itu hal enteng.
"Kamu denger gak sih omongan aku?!" tanya Arga dengan nada hampir membentak.
"Hm."
"Terus tanggapan kamu cuma begini?"
Wina memutar kedua bola matanya, "Terus aku musti bagaimana? Lagian ini cuma pura-pura."
"Makdud kamu?"
"Yah, ini cuma buat ingetin Alex kalau dia udah tunangan. Udahkan penjelasannya? Aku mau pergi. Ada janji."
Tapi baru saja Wina melangkahkan sebelah kakinya, tangannya langsung ditahan oleh Arga.
"Mau kemana?"
"Lepas aku ada janji sama temen aku." ucap Wina sambil menghempaskan tangan Arga yang memegang tangannya.
Akhinya Wina pun berjalan meninggalkan Arga. Semua itu tidak lepas dari pandangan Arga.
'Mau kemana dia, selarut ini?'
Karena penaran dengan gelagat aneh istrinya, ia pun menggambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Jalanan malam ini lumayan macet, karena ini adalah malam minggu. Sebelum menuju ke rumahnya dan Heru, Wina memutuskan mampir ke toko roti di pinggir jalan. Padahal ada seseorang yang mengikutinya dari belakang tapi sepertinya, wanita itu tidak menyadarinya sama sekali.
Ia justru dengan santai keluar dari toko roti itu dengan santai. Tidak lama kemudian ia pun sampai dirumahnya dengan Heru. Ia pun segera mengetuk pintu.
Mobil yang sedari tadi mengikuti mobilnya, ikut parkir tidak jauh dari rumah itu. Heru pun segera membuka pintu dan orang yang di dalam mobil itu langsung memotret Wina dan Heru yang sedang berpelukan mesra.
"Sori ya Win, aku harus ngelakuin ini. Pekerjaan aku taruhannya."
***