Sorenya, sesrorang anak perempuan sedang berenang di kolam renang rumah mewah. Ia berenang menggunakan gaya kupu-kupu dengan begitu indahnya. Dua orang anak perempuan lainnya sedang menunggu anak perempuan itu selesai berenang.
Drtdrtdrt.
Ponsel anak perempuan yang sedang berenang itu bergetar. Membuat salah satu dari temannya memanggilnya keluar dari dalam air.
Ia pun keluar dan segera mengambil ponsel yang disodorkan ke arahnya. Lalu seketika raut mukanya langsung berubah setelah membaca pesan itu, dan mengumpat menggunakan kata-kata kasar. Dua orang temannya itu mengambil ponsel yg dilempar dan membacanya.
"Wah ini sih udah gak bener kak!" Vinez langsung emosi setelah membacanya.
"Tapi ini gak bisa di salahin juga, ini kan rencana kakak." ujar Aulia santai.
Claudi yang baru selesai meminum jus miliknya, menaruh gelas jus ke atas meja dengan kasar lalu segera berbalik.
"Enteng banget lo ngomong! Lo tau gak, gue buat kayak gini demi lo berdua!" bentak Claudi.
Aulia dan Vinez hanya dapat terdiam sambil tertunduk.
"Mood gue lagi jelek, mending lo berdua pulang. Taukan dimana pintu keluarnya?"
Kedua anak perempuan itu mengangguk, kemudian menyambar tas mereka di kursi, lalu pergi. Sementara itu Claudi langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah mandi dan keramas, sekarsng Claudi dapat berpikir jernih untuk membereskan soal Satria. Anak laki-laki itu terus saja mengirimkan pesan padanya, walaupun tidak mendapat balasan darinya.
Dia berusaha melupakan keonginan Satria tapi sialnya otaknya saat ini tidak mau diajak kerja sama. Lalu ia melempar srmua benda yang ada di hadapannya sambil berteriak.
"SATRIA AWAS LO!!!!"
Keesokan paginya di sekolah, kepala Claudi terasa amat pusing. Semalam ia tidak dapat tertidur dengan nyenyak. Pikirannya selalu memikirkan perkataan Satria, yang tidak bisa lagi ia manfaatkan.
Sekarang memasuki mata pelajaran ketiga, kimia. Seluruh anak kelas XI - IPA 1 sedang bersiap-siap akan pergi ke laboratorium, karena mereka akan mengadakan uji coba. Semua anak sudah terlebih dahulu pergi ke lab hanya tersisa Claudi seorang. Di karemakan ia kurang tidur semalam, akibatnya ia jadi mengantuk dan itu membatasinya melakukan gerakan lebih lama dari biasanya.
Saat Claudi akan berjalan keluar kelas, ia di kejutkan dengan kedatangan Vinez dan Aulia.
"Hi, kak? Kemaren gimana sama kak Satria?" tanya Vinez
Vlaudi memutar kedua bola matanya, "Kalian mau apa?"
"Eh, kita ke sini cuma mau bilang kalo Ra-"
Belum selesai Vinez menyelesaikan petkatannya, Claudi lebih dulu memotongnya.
"Diem! Gue lagi pusing."
Setelah berkata seperti itu, Claudi pun meninggalkan Vinez dan Aulia di depan pintu.
Claudi berjalan menuju ruangan lab dengan menghentak-hentakkan kakinya, untuk melepas segala kekesalannya. Saat ia sudah hampir sampai, Claudi malah di hadang Satria.
"Clau, bisa kita ngomong?"
Claudia hanya bisa menghela nafas lelah, lalu mengikuti langgkah Satria. Setelah sampai, Satria pun mengutarakan keinginan mengajak Claudi untuk jalan-jalan di hari Sabtu nanti, sekalian membayar 'utang'.
Awalnya Claudi sempat menolak dan akan pergi, tapi Satria berhasil menghentikan langkah Claudi dengan memudar recordan suara Claudi. Di sana ia mengatakan segala rencana busuknya.
"Gimana reaksi mereka kalo denger ini?" tanya Satria sambil memutar-mutar alat rekaman itu.
Claudi panik, ia ingin mengambil alat itu namun langsung di jauhkan oleh Satria.
Sekarang Claudia sudah benar-benar terpojok. Akhirnya ia mengatakan semuanya.
"Sorry, Sat. Gue selama ini cuma manfaatin lo doang."
Satria yang sudah menduga hal itu pun tersenyum sinis, lalu pergi meninggalkan Claudi seorang diri.
Malam harinya, Rachel sedang membeli nadi goreng favoritnya di dekat rumah. Jarak antara rumahnya dan tukang jualan nasi goreng itu hanya dipisahkan oleh gang. Kalau Mira tidak sempat memasak seperti hari ini, ia pasti akan menyuruh anaknya makan disana. Tempat itu hanya buka dari sore sampai tengah malam saja.
Saat hendak membeli nasi goreng, ia melihat Kenzo sedang duduk makan nadi goerng seorang diri. Rachel pun segera menghampiri untuk menyapa Kenzo.
"Hai kak, sendirian aja nih." tegur Rachel.
"Eh. kamu Hel. Mau beli nasi goreng juga? Ibu gak masak ya?"
Rachel menyipitkan kedua matanya, "Kok kakak tau, Ibu aku gak masak?"
Kenzo harus memutar otak menjawab pertanyaan itu, tidak mungkin kalau ia bilang tahu dari Adit. Bisa bahaya untuk kesehatan Rachel.
Saat sedang menunggu jawaban dari Kenzo, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangan Rachel dan ingin membawa Rachel pergi.
Tapi Kenzo dengan sigapnya menahan Rachel agar tidak pergi. Orang yang menarik tangan Rachel adalah Satria. Terjadilah rebutan antara Satfia dan Kenzo.
"Woi, Sat! Lepasin gak lo!"
"Lo yang harusnya lepas, gue ada urusan sama dia!"
Kedua anak laki-laki itu tidak ada yang mau mengalah, mereka saling memperebutkan Rachel seperti sedang memperebutkan barang.
Tiba-tiba saja entah kenapa, Satria mengalah dan melepaskan tangan Rachel. Kenzo yang tidak tahu Satria akan melepaskan tangan Rachel masih menarik Rachel dengan kuat. Akibatnya, anak perempuan itu terlempar ke tengah jalan.
"Aww..." Rachel mengaduh karena lututnya yang terluka akibat tergores aspal.
Waktu ia berusaha berdiri, matanya silau karena ada sebuah cahaya yang sangat terang menyilaukan matanya.
Saking terangnya Rachel sampai tidak bisa melihat apa-apa, ia hanya bisa mendengar. Mendengar Kenzo yang meneriakkan namanya.
***