Hidup di jaman modern seperti ini tentu saja membuat orang berpikir maju kedepan apalagi untuk kehidupan. Namun berbeda dengan Randi. Meskipun ia hidup di jaman modern namun orang tuanya masih saja berniat untuk menjodohkannya dengan anak temannya.
Randi sendiri yang merupakan seorang pemuda lulusan universitas ternama di Australia tentu saja menolak permintaan orang tuanya. Namun ternyata papanya yang bernama Hari Prasetya mengancam Randi, putranya itu tak akan diberi warisan dan akan di coret dari kartu keluarga jika menolak keputusannya.
Konon ceritanya orang tua Randi bisa menjadi kaya seperti ini karena dulu di bantu oleh seseorang. Orang tua randi ingin berbalas budi kepada orang tersebut. Namun orang itu, pria tua bernama Mustofa yang kerap kali di panggil eyang Mus menolak semua yang orang tua randi berikan kepadanya. Yang pria itu inginkan hanya satu yaitu ada bisa menemani dan melindungi cucu satu-satunya yang ia miliki jika nanti ia sudah tiada.
Hal inilah yang membuat pak Hari mengambil keputusan untuk menjodohkan putranya dengan cucu dari Eyang Mus. Randi sendiri tak punya pilihan lain karena tentunya ia tak ingin di coret dari kartu keluarga dan hidup terlunta-punya tanpa uang sepeserpun.
Hari ini merupakan pertemuan pertama antar kedua keluarga namun Randi masih terjebak macet setelah melakukan pertemuan dengan seorang klien. Randi yang baru lulus kuliah tahun lalu kini memang sudah mulai aktif membantu di perusahaan papanya.
"Sial macetnya lama lagi. Kalau aku telat aku bisa di bunuh sama papa." ucap Randi mendengus sambil berkali-kali melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Randi yang sudah tak sabar pun berkali-kali memencet klakson mobilnya berharap kemacetan bisa segera mengurai dan ia bisa segera melajukan mobilnya.
Sudah hampir satu jam ia terjebak macet, ia bahkan belum mandi dan bersiap-siap karena hari ini merupakan hari penting dimana keluarganya akan mengadakan sebuah pertemuan dengan pihak perempuan yang akan di jodohkan dengannya.
Setelah cukup lama bersabar Randi, pria bertubuh tinggi dan atletis itu akhirnya bisa keluar dari kemacetan. Dengan cepat kini ia memacu mobilnya menembus jalanan ibukota agar bisa segera sampai kerumah.
Namun tiba-tiba saja ada sebuah sepeda yang melintas di depannya dan membuat nya terkejut. Randi memang sudah menginjak rem mobilnya namun seseorang yang mengendarai sepeda itu tetap tertabrak.
"Sial, cobaan apa lagi ini? Ada-ada aja, gak tau orang lahi buru-buru apa? huh.." ucap Randi yang kesal.
Seorang pengendara sepeda yang memakai topi itu pun mencoba bangun setelah terjatuh dari sepedanya, Randipun juga turun dari mobilnya berniat untuk membantu.
"Hei apa kau buta? Kau tak lihat ada mobil yang melaju?"
"Hei tuan. Ini bukan jalan tol sehingga kau bisa memacu mobilmu dengan kecepatan tinggi." ternyata pengendara sepeda itu adalah seorang perempuan namun ia memasukkan rambutnya kedalam topi membuatnya tampak seperti seorang pria. Perempuan itu juga memakai kaos hitam yang kedodoran jelas sekali jika perempuan itu adalah tipikal perempuan tomboy.
"Sudah salah gak mau ngaku. Ada yang luka gak? Atau sepedamu ada yang rusak gak?" tanya Randi dengan nada ketus.
Perempuan itu tampak memeriksa sepedanya tak ada kerusakan yang berarti walau jelas terdapat lecet pada sepeda gunung kesayangannya itu. Perempuan itu juga mengalami beberapa luka di lengan kanannya karena akibat bergesekan dengan aspal.
Randi sendiri bisa melihat luka tersebut ia bisa melihat ada darah yang keluar dari lengan perempuan itu. Randi kemudian mengambil sesuatu dari dalam kantong celananya. Ia mengeluarkan sebuah dompet kulit berwarna hitam.
"Nih buat biaya kamu berobat." Randi menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada perempuan itu.
"Maaf. Aku bukan pengemis. Lagi pula ini hanya luka kecil." jawab perempuan itu yabg menolak uangbpemberian Randi.
"Hei, ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawabanku atas kesalahanku, kenpa aku bilang kalau kau bukan pengemis. Ya aku tau kau bukan pengemis tapi kenapa kau menolak niat baik ku?" ucap Randi yang tampak kesal dengan jawaban dan ekspresi yang di tunjukkan oleh perempuan tersebut.
"Jika kau memang merasa bersalah, hal pertama yang harusnya kau lakukan adalah meminta maaf bukan memaki apa lagi memberi uang."
"Kau ini sombong benget ya? Harusnya kau ini seneng karena aku masih mempunyai niat baik kepadamu."
"Kalau memang punya niat baik seharusnya tidak di ungkit-ungkit. Maaf aku buru-buru, aku harus segera pergi." perempuan itu mengambil lagi sepedanya dan mulai mengayuhnya untuk pergi bahkan tanpa menoleh sedikitpun kearah randi.
Randi yang tampak kesal pun segera memasukkan kembali dompet beserta uang nya kedalam kantong celananya. Randi juga masuk kedalam mobil nya dan menutup pintu nya dengan keras. Baru kali ini ada seorang perempuan yng bersikap seperti itu kepadanya. Padahal biasanya ia selalu di kejar-kejar oleh para perempuan karena parasnya yang tampan terlebih Randi berasal dari keluarga yang kaya.
"Hari ini Dalah hari sial bagiku. Itu cewek tomboy sombong banget sih, mana dia sok nasehatin aku lagi." gumam Randi dengan kesal.
Sesampainya di rumah, Randi sudah di tunggu kedua orang tuanya yang juga sudah berpakaian rapi.
"Sayang.. Kamu dari mana saja sih? Ini sudah jam berapa? Setengah jam lagi kita harus sudah sampai di tempat ketemuan lo." ujar Maya, ibunda dari Randi.
"Maaf ma. Tadi macet di jalan. Dan tadi hampir aja nabrak cewek resek." jawab Randi
"Tapi kamu gak apa-apa kan?" ucap Maya sbil memeriksa tubuh putranya. Maya memang memanjakan Randi sejak kecil karena Randi merupakan putra satu-satunya yang ia miliki.
"Gak apa-apa kok ma. Ya udah Randi mandi dan siap-siap dulu." Randi pun bergegas menuju ke kamar nya untuk mandi dan bersiap-siap.
Saat di dalam kamar mandi mendadak Randi merasakan udara dingin berhembus mengarah kepadanya. Randi menoleh kebelakang, ia merasa aneh karena bahkan di dalam kamar mandi nya tak terdapat lubang udara yang besar.
Seketika bulu kuduk Randi berdiri, ia merasa seperti ada yang sedang memperhatikan dirinya. Namun Randi tak mengindahkan hal itu, ia mencoba untuk cuek dan tak ada rasa takut sedikitpun karena Randi memang orang yang tak percaya dengan adanya hantu maupun kehidupan di dunia lainnya. Ia tetap melanjutkan aktifitas mandinya.
.
.
Kini Randi dan keluarganya telah sampai di sebuah Restoran tempat dimana ia dan keluarganya akan mengadakan pertemuan dengan keluarga yang akan di jodohkan dengannya.
Mereka bertiga mencari meja yang sudah mereka pesan sebelumnya dan ternyata disana sudah ada seorang perempuan berambut panjang bersama dengan seorang pria berambut memutih yang tengah duduk.
"Maaf kami terlambat." ucap pak Hari meminta maaf kepada lawan bicaranya.
"Oh kalian sudah datang. Tak masalah kami juga baru saja datang." jawab pria tua bernama eyang Mustofa.
"Kamu?"
"Si cewek tomboy?"
Baik perempuan itu dan Randi sama-sama terkejut dan ternganga. Randi tak percaya, Ternyata perempuan yang akan di jodohkan dengannya adalah perempuan tomboy yang tadi hampir saja di tabrak olehnya.