"Kamu?"
"Si cewek tomboy?"
Baik perempuan itu dan Randi sama-sama terkejut dan ternganga. Randi tak percaya, Ternyata perempuan yang akan di jodohkan dengannya adalah perempuan tomboy yang tadi hampir saja di tabrak olehnya.
"Jadi kalian sudah saling mengenal?" Ucap Maya yang tampak terkejut.
Baik Rani dan juga Randi sama-sama saling melirik. Keduanya terlihat saling tidak menyukai satu sama lain. Tentu saja pertemuan pertama mereka bahkan masih teringat jelas dan keduanya juga masih sama -sama kesal.
"Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal. Kami jadi gak perlu banyak basa-basi lagi." ucap pak Hari yang senang karena sepertinya perjodohan putra nya akan berjalan dengan lancar.
Dan eyang mustofa sempat melirik keduanya, dia merasa cucunya rani itu juga menyukai randi, dia melihat dari gerak geriknya rani dan randi seperti kode, kalo keduanya saling menyukai. Serasa eyang mus ingin mempercepat perjodohan itu, karna dia memang berharap rani supaya dapat jodo di masa tua nya, keinginan itu yang di ingin2 kan eyang mus sejak lama, karna usianya sudah tua, suatu saat kalo sudah tiada, rani sudah mendapatkan jodoh.
Mereka kemudian langsung duduk di tempat masing-masing. Mereka para orang tua sengaja mengatur agar Rani dan Randi duduk saling berdekatan. Mau tak mau keduanya pun duduk di kursi yang tersisa dengan perasaan canggung satu sama lain.
"Ngomong-ngomong sejak kapan kalian saling mengenal?" tanya pak Hari.
"Tadi." jawab Rani dan Dan di dengan kompak.
Semua orang tertawa mendengarnya, mereka senang karena sepertinya camistri diantara mereka cukup kuat karena mereka menjawab secara bersamaan.
"Sebenarnya kami ketemu nya juga gak sengaja kok." ucap Randi dengan nada datar.
"Iya itu karena aku hampir di tabrak olehnya." kata Rani menambahi dengan nada kesal.
"Apa? Jadi Randi menabrakmu?" tanya pria tua di samping Rani.
"Iya eyang. Tapi aku gak apa-apa kok."
"Maaf sebelumnya tapi tadi itu hanya sebuah ketidak sengajaan saja." imbuh Randi.
"Wah. Mungkin ini semua memang sudah pertanda nih. Kalau kalian memang berjodoh. Hahaha." ucap pak Hari sambil tertawa.
Sementara itu baik Rani maupun Randi yang kembali mengingat pertemuan mereka berdua tampak sama-sama tak suka. Entah mengapa semuanya jadi serba kebetulan begini.
Kedua keluarga itu mulai memesan makanan yang ada di daftar menu. Sambil menunggu pesanan makanan mereka langsung memulai inti dari maksud pertemuan mereka.
"Jadi Ren, ini adalah Rani. Perempuan ini adalah cucu dari eyang Mustofa yang akan di jodohkan dengan kamu. Dan Rani. Ini adalah putraku Randi prasetya." pak hari Mulai mengenalkan putranya pada Rani.
Sementara itu maya yang melihat putranya hanya bersikap cuek langsung mencubit paha Randi sambil melirik kearah Rani. Maya memberi kode kepada putranya untuk berkenalan secara langsung.
Ranipun mulai mengulurkan tangannya ke arah Rani. "Randi." ucap pria itu dengan singkat, ia merasa kesal dengan situasi yang ada.
Randi pun juga terpaksa menjabat tangan Rani. Kali ini ia menjabatnya dengan cukup keras hingga membuat Randi merintis kesakitan. "Rani." ucap perempuan itu dengan tersenyum walau jelas tangannya seolah mengisyaratkan permusuhan.
Randi meringis, bukan karena senang tapi karena merasa sakit. Ia tak menyangka jika ternyata perempuan ini memiliki otot yang cukup kuat dengan menjabat tangannya cukup keras.
Randi mengamati perempuan bernama Rani itu. Perempuan yang ada di dekat nya itu berbeda sekali dengan perempuan yang bertemu dengannya tadi. Menurut Randi kini Rani tampak sangat cantik dengan dress berwarna putih selutut yang membuat nya tampak anggun, di tambah rambut terurai dengan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang membuat penampilannya semakin manis. Berbanding terbalik dengan tadi saat dia memakai kaos kedodoran dengan rambut yang di gelung dan di masukkan kedalam topinya membuatnya seperti seorang lelaki.
"Oh ya kalau boleh tau Rani kesibukannya apa ya?" tanya Maya yang penasaran dengan sosok perempuan yang akan menjadi calon menantunya tersebut.
"Saya kerja paruh waktu di sebuah mini market tante." jawab Rani.
"Minimarket? Apa tidak salah? Kau tadi bahkan berpenampilan seperti seorang anak jalanan." tukas Randi yang menyindir Rani. Namun seketika Randi meringis kesakitan karena kini papanya menginjak kaki putranya dengan cukup kuat lantaran mengatakan hal yang tak sepatutnya. Apalagi di depan Eyang mustofa yang merupakan kakek Rani.
"Hahaha. Kau memang benar. Kadang Rani memang suka berpenampilan seperti anak jalanan, tapi bukan berarti dia memang sosok yang demikian. Setiap seminggu dua kali Rani selalu menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak jalanan yang tak berpendidikan. Ya meskipun Rani sendiri hanya lulusan SMA tapi setidaknya ia bisa mengajari anak-anak itu untuk dapat membaca dan menulis.
Seketika Randi terdiam karena ternyata apa yang ia pikirkan selama ini salah. Gadis arogan dan galak yang ia temui ternyata memiliki sisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rani yang galak itu ternyata memiliki hati yang cukup mulia.
"Bagus itu om bangga sama kamu karena jarang lo ada orang yang mau melakukan hal seperti itu." puji pak Hari.
Kedua keluarga itu melanjutkan acara makan bersama. Eyang mus dan pak Hari juga membicarakan banyak hal. Terkait masa lalunya. Ternyata dulu pak Hari sebelum menjadi pengusaha yang sukses sempat kecelakaan parah dan mengeluarkan banyak darah di area kepala karna kebentur aspal yang keras sehingga memerlukan darah pengganti agar bisa terselamatkan.
Dan untung ada orang yang mengetahui kecelakaan tersebut dan segera menolong, dan menelpon polisi agar segera datang, dan untung tidak memerlukan waktu lama mobil polisi segera datang dan mengangkut pak Hari tersebut. Dengan nada ringan eyang mus menjawab iya kalau Pak hari itu saudaranya waktu di tanya salah satu anggota polisi "iya itu saudara saya pak", ucap nada ringan dari mulut eyang mus, dan pak Hari dan eyang mus diangkut langsung ke mobil menuju rumah sakit terdekat untuk cepat mendapatkan pertolongan karna darah mengalir deras dari kepala nya walaupun sudah di perban kain. Di rumah sakit pula ternyata eyang mus yang telah mendonorkan darahnya untuk pak hari karna kebetulan golongan darah mereka cocok satu sama lain.
Itulah sedikit cerita kenapa pak hari merasa mempunyai hutang budi dan hutang nyawa kepada eyang mus, walaupun tidak seberapa tapi itu menyelamatkan pak hari, dan dia seperti memiliki hutang yang harus di bayar, makanya pak hari menyetujui perjodoan tersebut
Lagian pak hari juga merasa randi hanya fokus kepada pekerjaan dan tidak memiliki pandangan ke depan msalah pasangan hidup karena hanya gonta ganti pacar yang tak jelas asal usulnya, dan juga rani juga memiliki usia yang pantas untuk segera menikah.