Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

hate is Love

Naynaila
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.1k
Views
Synopsis
Kinara Amanda, gadis naif yang tidak pernah merasa bahwa dia adalah seorang istri dari pria bernama Keanu El Azriel. Baginya menikahi pria berhati batu adalah kesialan terbesar dalam hidupnya. Karena El,, Kinara harus berakhir dengan kekasihnya dan menikahi El demi bisa terus menjalin persahabatan kedua orang tua mereka! saat benar-benar ingin berpisah setelah setahun menikah, kenapa hati Kinara menjadi begitu hancur melihat El bersama gadis lain, gadis muda bermata coklat dengan rambut tergerai panjang yang tengah merangkul pria yang tidak pernah dia mimpikan sekalipun. Senyum El tampak tulus, pandanganya pun penuh cinta pada gadis itu!! Ada sembilu menghunus tepat dijantungnya. Untuk pertama kalinya Kinara merasa tersiksa dengan perasaan aneh ini! Siapa gadis itu?? mungkin kan El mencintai gadis bermata coklat??? Pandangan Kinara penuh kabut, dia tidak bisa mengendalikan laju mobilnya hingga sesuatu terjadi dan merubah hidupnya untuk kedua kalinya.... "El...." ia berdesis lemah.... *** Apa yang terjadi?? yukk dibaca cerita Kinara dan El.. jangan lupa like ya.. dukungan kalian sangat saya butuhkan untuk berkarya..
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Kinara Amanda menggenggam secarik kertas yang sudah ia tanda tangani. Kertas berisikan gugatan perceraian dengan Keanu El Azriel suaminya. Mempertahankan pernikahan sampai satu tahun ini terasa sangat sulit baginya. Berada dalam satu atap dan satu tempat tidur tidak membuat sesuatu berubah, El yang dingin dan kaku, sungguh sikapnya tidak bisa dijadikan alasan untuk tetap bertahan. Lagi pula sampai detik ini ia masih virgin, bersih belum tersentuh sedikitpun.

Tentu saja mama dan papanya belum boleh tahu tentang hal ini, jika tidak mereka akan ada di garda terdepan untuk menentang perpisahan ini, belum lagi kedua orang tua El yang sudah pasti akan menentang juga.

Semua yang terlihat baik-baik saja ternyata tidak sebaik dengan apa yang dilihat orang lain. Satu tahunpun belum mampu menumbuhkan benih cinta dalam hati Kinara yang terlanjur membenci El.

Susah mati Kinara melawan restu kedua orang tuanya hanya demi bisa mempertahankan cintanya dan Fadlan, namun tetap saja El menjadi pemenangnya, dia lah menantu pilihan!!, dalam ketidakberdayaan dan satu keyakinan bahwa cinta akan hadir setelah pernikahahanpun tak mampu membuat Kinara berfikir untuk bertahan.

Inilah saatnya begitulah ia memantapkan hati agar tidak ada keraguan sedikitpun!

.

at My coffe.

"elo yakin Kin mau pisah sama El?? suami setampan itu loe mau buang gitu aja??" suara Tania sahabat Kinara sedikit meninggi, ia tidak menyangka kalau Kinara sungguhan ingin bercerai dari suami tampannya. Kinara mengangguk pasti sembari menyeruput coffe latenya. Kinara memang selalu menemui Tania di coffe shop milik sahabat tengilnya itu.

"entar nyesel loh kin.. coba pikirin lagi,, El itu ganteng, kaya, dan perhatian kayaknya sama loe,, kenapa sihh loe ngga bisa liat dia dari sisi lain??" begitulah Tania yang bawel sudah mirip emak-emak rempong.

"buat kamu aja deh Tan kalau kamu mau!" celetuk Kinara asal lanjut meneguk kopinya kembali. Mata Tania membulat

"beneran loe ikhlas?? gue sih mau-mau aja kalau El mau..." balas Tania ingin melihat reaksi sahabatnya.

Deg! sejenak Kinara merasa sedikit hantaman di ulu hatinya. Tapi ia tepis,, peduli apa dirinya kalau memang iya Tania bisa menggantikan posisi dirinya.

"nah kan loe diem...!" Tania meneliti raut muka Kinara yang terdiam sejenak "ngga ikhlas kan.. udah ngga usah sok-sok mau cerai.."

"apaan sihh bawel..!!" sergah Kinara segera bangkit dari duduknya.

"lah.. sekarang loe mau kemana??"

"mau ke kantor El.. aku mau cepat selesai Tan.. doain ya..." pungkas Kinara menyeret langkahnya meninggalkan Tania yang sebenarnya masih ingin mengingatkan sahabatnya itu

"eh.. kalau nyesel jangan bilang gue ngga ngingetin ya .." teriak Tania yang dibalas dengan acungan jempol Kinara yang menghilang dari pintu cafe. Tania tak habis pikir dengan kelakuan Kinara,, sudah satu tahun putus dari Fadlan masa iya sahabatnya itu masih belum bisa move on!!

***

Mobil sedan putih milik Kinara terparkir rapi di halaman kantor suaminya, El! beberapa kali gadis pemilik wajah ayu khas orang Indonesia itu mengatur ritme nafasnya.

Sekali lagi ia menatap map yang ia bawa untuk di tanda tangani oleh El. Baiklah ini saat nya memantapkan hati, begitulah Kinara menyemangati dirinya sendiri, lagipula dia yakin meskipun tidak mengatakan apapun El juga pasti sangat tersiksa dengan pernikahan tanpa cinta begini.

High hells hitam itu melangkah masuk kedalam gedung bertingkat milik keluarga El,, beberapa karyawan memberikan salam saat nona muda mereka menuju ke lift.

Cantik, anggun, santun, dan cemerlang itulah yang beberapa karyawan tahu tentang menantu tertua dari keluarga Hartanto Azriel ini.

.

Tiba di depan ruangan El,

Kinara menemui Cika sekretaris suaminya.

"hai.. Cik,, pak El ada??" sapa Kinara pada gadis yang berbalut kemeja lengan panjang berwarna krem. Gadis itu tampak sedikit bingung.

Sepasang alis Kinara menyatu.

Deg! batinnya seakan mengisyaratkan sesuatu. Tanpa aba-aba ia melangkah menuju ruangan suaminya. Cika tak kuasa menghalau ketika istri atasannya itu menerobos masuk.

.

Pintu terkuak perlahan, Kinara terpaku pada pemandangan pertama yang ia lihat. Netranya menangkap sosok gadis muda bermata coklat tengah merangkul lengan El, kepala bergelayut dipundak suaminya itu, tampak El tersenyum pada sang gadis, binar matanya memancarkan sesuatu yang tidak pernah Kinara lihat sebelumnya. Sinar mata penuh cinta yang membuat dada Kinara seakan sesak, entahlah apa ini??!

Sepanjang menikahi El bermimpi pun ia tidak pernah untuk bergelayut manja seperti gadis bermata coklat. Bicara seadanya, merawat El seadanya, bahkan tidur lebih dulu daripada suaminya itu. Meskipun satu kamar mereka saling menjaga batasan, tak jarang El tidur di sofa demi menjaga privasi istri nya dan perasaan kedua orang tuanya. Mereka suami istri yang bahagia, begitu lah keadaan yang tampak diluar, tetapi begitu hancur didalam.

"eheemm.." Kinara berdehem untuk menyadarkan kedua insan yang tidak tahu dengan kehadiran nya saat ini, entahlah tidak tahu atau memang berpura-pura tidak tahu!

El tampak terperanjat dengan kehadiran Kinara disana. Gadis muda itu segera merapikan posisi duduk nya, El melirik kearah Putri sang gadis pemilik mata coklat dan rambut lurus tergerai.

"kamu?? ada apa??" El nampak tenang tetap duduk diposisinya dengan Putri yang juga tetap disana.

Huft! Kinara menghela nafas, melangkah masuk dengan percaya diri, agar dia bisa menutupi kegugupannya saat ini.

"ngga ada aku cuma mau ngasih ini sama kamu..." Kinara menyodorkan map berisi gugatan cerainya. Pria bermata tajam itu tersenyum sinis, setelah melihat isi map yang dibawa istrinya.

"bisa kita bicara berdua..." pinta Kinara melirik kearah Putri, gadis itu sadar diri hendak beranjak dari duduknya.

"kamu tetap disini...," El menahan Putri.

deg!

Lagi-lagi ini perasaan diluar kendali,, seketika perasaan dingin menjalar ke sekujur tubuh gadis pemilik kaki jenjang dengan tubuh proporsional ini.

"apa-apaan ini, aku mau kita bicara berdua" protes Kinara merasa risih dengan kehadiran Putri disana.

"kamu mau bicara apa? biar Putri jadi saksi!"

.

oh.. jadi namanya Putri .. Kinara membatin.

.

"kamu akan dapat kan apa yang kamu mau!!!!" tegas El menghempaskan map yang ia pegang tadi membuat Kinara sedikit terkejut. Kali ini pandangan El nampak penuh amarah, matanya memerah. "sekarang cepat katakan apa yang kamu mau??!"

Kinara menelan Saliva nya,, kali ini lidahnya terasa keluh, entahlah ada desakan dari matanya yang memaksa ingin keluar, tapi ia berusaha menahan.

"baiklah... kalau kamu sudah mengerti,, aku tidak mau bertele-tele,, aku ingin secepatnya kita berpisah....!!" pungkas Kinara menatap nanar pada El yang tanpa ekspresi.

yeah! mungkin saja pria ini sudah siap lahir batin untuk kemungkinan terburuk dalam rumah tangganya bersama Kinara!

Astaga Tuhan!!! perasaan apa ini????, jerit Kinara dalam relung jiwa nya yang seketika terasa kosong melompong.

.

.