bukankah dia sendirian didalam rumah ini.
Sonia membuka pintu, namun ia tak menemukan siapapun, apakah dirinya salah mendengar namun dari kamar tempat Silvia tidur tiba-tiba suara pintu berderit terbuka terdengar, membuat Sonia melihat sesuatu yang ada di dalamnya.
sesuatu, berdiri didalam kegelapan kamar melihat dirinya.
sebelum Sonia mendekat suara itu kembali terdengar, "mbak"
"mbak yu" Sonia kembali melihat kedalam kamarnya, ia mencari dimana suara itu berasal saat "aku nang duwor mbak, iyo duwormu"
Sonia mengangkat kepalanya saat di atas ia melihat wajah wanita melihat Sonia, melotot.
tidak ada yang tahu apa yang di lakukan Sonia, tidak ada. karena saat Dika dan Silvia sampai di rumah tidak ada apa-apa, tapi Silvia merasakan hal lain, saat pertama Silvia menginjakkan kaki di lantai kost dia sudah merasa aneh, udara di dalam kost terasa anyep (hambar) tidak nyaman.
tetapi Silvia tidak mau mengatakan hal ini kepada Dika, karena takut Dika salah presepsi dengan apa yang Silvia rasakan, namun sepertinya tak lama bagi Dika untuk menyadari keanehan ini karena saat mereka menuju ke kamar masing-masing, di ruang tengah mereka menemukan Sonia.
Sonia duduk di atas lantai diantara meja dan kursi dengan piring berisikan nasi yang lembek seperti di masak dengan serampangan, tidak matang. Sonia terus menyuap nasi yang terlihat seperti muntahan itu dengan tangan kosong, Dika dan Silvia merasa mual saat melihat Sonia.
Dika yang terkejut lalu bertanya kepada Sonia, tapi, perempuan itu tidak menjawab sama sekali, Silvia akhirnya berjongkok mengambil piring itu dari hadapan Sonia, reaksi perempuan itu adalah melotot, memandang Silvia dengan sorot meremehkan.
Silvia merinding saat Sonia memandanginya
Silvia meninggalkan Sonia, sementara Dika yang tidak tahu apa-apa lalu masuk kedalam kamar, mengunci pintu.
disitulah Silvia menemukan satu keramik seperti tercongkel tapi Silvia tidak berpikir apa-apa, ia meletakkan piring lalu kembali ke kamar, Sonia sudah tidak ada di ruang tengah.
Silvia melangkah masuk kedalam kamar mengunci pintu, tapi perasaannya tidak tenang, ia memandangi kamar Sonia dari jendela, gelap sekali, meski hari belum siang tapi belum pernah Silvia merasa segelap ini di dalam kamar Sonia, Silvia masih belum tahu apa yang terjadi dengan temannya,
sampai akhirnya ia baru saja menyadari di samping kamar sonia tepatnya kamar kosong yang belum ada penghuninya, tepatnya digorden ada wajah seorang kakek tua memandangi Silvia, sontak perempuan itu berkilah dan menutup rapat-rapat jendela, Silvia mulai sadar, di dalam kost ini berbeda
setelah shift malam Silvia berniat istirahat sebentar, dia melangkah keatas ranjang, saat tubuhnya menempel tepat di atas dipan Silvia langsung merasakan bahwa dirinya tak lagi sendirian di tempat ini, dari celah pintu almari seperti ada yang mengawasi dirinya, Silvia mulai merasa cemas,
Silvia ingat petuah bapak, manusia itu sensitif tapi tidak semua bisa memaksimalkan kesensitifan ini, saat seseorang sendirian tapi merasa bahwa ada yang mengawasi hal ini benar adanya, artinya tak jauh dari orang tersebut sebenarnya sesuatu sedang mengintai, menunggu..
Silvia membongkar isi tasnya, ia mencari di mana terakhir menyimpan benda itu, semakin lama suasana di dalam kamar semakin intens, terasa penuh namun udaranya begitu hambar, sangat tidak menyenangkan untuk ditinggali, setelah Silvia mencari membongkar tumpukan pakaian akhirnya ia-
menemukan benda itu, tasbih yang di buat dari biji salak, Silvia segera berdzhikir di atas dipan tempatnya duduk, membaca ayat menenangkan dirinya setidaknya itu yang Silvia harapkan namun belum berhasil Silvia menenangkan diri, pintu yang sudah di kunci tiba-tiba terbuka dengan sendiri,
Silvia berhenti sebentar namun jari jemarinya masih memutar tasbih biji salak saat itulah tidak ada angin, pintu yang terbuka menutup lagi namun menimbulkan suara berdebam yang sangat keras hal ini di susul dengan jeritan suara dari kamar Sonia, Silvia hanya bisa tercengang mendengarnya
Silvia pergi keluar di sana dia melihat Dika yang sudah berganti pakaian, mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum yakin menuju ke kamar Sonia bersama-sama, Dika berjalan di belakang Silvia yang perlahan-lahan mendorong pintu, di sana mereka melihat Sonia yang sedang tidur,
mereka yakin mendengar suara Sonia menjerit namun nyatanya perempuan ini sedang tertidur lelap, aneh, karena tidak ada orang lain yang ada di dalam sini kecuali mereka bertiga, saat itulah Sonia membuka mata lalu duduk di atas dipan, Sonia menunduk dengan rambut berantakan,
Silvia akhirnya yakin setelah sebelumnya dirinya hanya merasa curiga, yang pertama Silvia lakukan adalah mendekati Sonia perlahan-lahan lalu menepuk bahunya,
"asmane sinten?" (namanya siapa?)
Sonia tak langsung menjawab, ia hny menyeringai, Dika melihat kearah dua temannya, bingung.
Bapak pernah bilang, setan tidak akan berbohong saat di tanya, mereka menyesatkan namun menghindari sebuah kebohongan begitu juga dengan apa yang Silvia lihat saat ini, Sonia tidak menjawab pertanyaan, ia menghindari pertanyaan itu dengan tertawa cekikikan, membuat Silvia merasa ngeri
Silvia menyuruh Dika mengambilkan air putih, saat Dika pergi mengambil air Sonia melihat Silvia, "ojok mok ulangi maneh yo, sing mok lakokno iku ra onok gunane" (jangan di ulangi lagi ya, yang kamu lakukan itu gak berguna)
Dika kembali dengan segelas air yang diambil oleh Silvia,
Silvia meminumkan air putih itu kepada Sonia lalu perempuan itu tiba-tiba menjadi tenang, ia kembali tidur, Silvia lalu pergi keluar, Dika sudah siap dengan banyak pertanyaan saat Silvia mendekati kamar kosong itu, ia mencium aroma kembang yang menyengat dari kamar itu,
Silvia berusaha melihat apa yang ada di dalam sana namun tertutup oleh gorden, dengan perasaan tidak tenang, Silvia lalu berata kepada Dika,
"Sonia kerasukan"
Silvia menjelaskan di belakang Sonia ada perempuan rambutnya panjang menjilati rambutnya, Dika hanya menggeleng tak percaya,
ada batasan saat manusia tanpa sengaja melihat makhluk seperti itu adalah saat dua-duanya sedang sial, tapi berbeda bila mereka sengaja menunjukkan wujudnya apalagi bila bukan mengancam, hal ini yang di takutkan Silvia sehingga dia memutuskan keluar siang-siang buta itu,
Silvia berkata kepada Dika agar dia menjaga Sonia sebentar dia akan kembali dengan pengelola, menceritakan semua, Dika awalnya bingung sampai dia menyadari, dia sendirian di rumah ini dengan Sonia yang bersikap aneh, namun Dika mencoba untuk tenang sebelum, pintu kamarnya terbuka
Dika menuju ke kamarnya karena sekilas ia melihat seorang anak kecil seperti msilviatas di ikuti suara ranjang berdencit seperti diinjak-injak oleh seseorang, namun tubuhnya mendadak merasa lebih dingin dari sebelumnya saat melihat Sonia,
Saat Dika melewati pintu kamar ia tak menemukan apapun, hanya kamar kosong, merasa tenang Dika berniat kembali ke tempat sonia namun sebelum dia menutup pintu kamar, matanya menangkap sepotong tangan bersembunyi di atas almari yang kemudian lenyap begitu saja..
Dika yang merasa bahwa Silvia benar lalu berlari menuju pintu keluar saat ia melihat Silvia sudah datang dengan wanita pengelola, Silvia mengajak wanita itu masuk cepat-cepat Dika mengikuti dari belakang, pintu kamar tempat Sonia berada dibuka, mereka melihat Sonia menatap mereka semua
"onok opo?" tanya Sonia kepada mereka,
pengelola itu mendekat, menyentuh kening Sonia, "gak papa, kerasukan opo? ojok aneh-aneh" kata si pengelola kepada Silvia,
Sonia berniat turun dari ranjang namun tubuhnya hampir saja kehilangan keseimbangan,
pengelola mengatakan kepada Silvia bila Sonia hanya sakit biasa gak ada hubungannya dengan apa yang Silvia katakan, meski tidak yakin Silvia tidak dapat berbuat apa-apa, Dika pun memilih hanya diam, menemani sonia di kamar, siang ini harusnya Sonia bekerja namun sepertinya ia ijin,
langit mulai gelap, suara adzhan maghrib baru saja berkumandang, Dika dan Silvia duduk di ruang tengah, entah keberapa kali mereka melihat kamar Sonia, lampu di dalam kamarnya tak kunjung menyala sejak siang tadi setelah minum obat membuat dua perempuan ini was-was.
setelah menunggu, akhirnya Silvia tidak sabar ia berdiri menuju ke kamar Sonia mengetuk pintunya, dari dalam terdengar suara Sonia menyuruh Silvia masuk, Dika hanya mengawasi dari jauh, saat itu lagi-lagi Dika mendengar suara kecipuk saat kaki menyentuh keramik diikuti suara anak-
namun setiap kali melihat kesana-kemari Dika tak melihat siapapun hanya suara-suara yang sangat pelan, seperti suara anak-anak sedang bermain, menunggu Silvia kembali padahal Dika sudah ingin pergi mandi membuat perempuan ini akhirnya acuh, ia berjalan menuju kamar mandi seorang diri
Bersambung