Apa yang Arnold katakan membuatku sangat penasaran. Aku meminta seseorang mencari tahu siapa Agnes sebenarnya. Saat ini hatiku masih harap-harap cemas menunggu kabar dari orang suruhanku tersebut.
Bang Anton tidak lagi mengirimkan pesan kepadaku setelah yang terakhir. Sepertinya dia benar-benar sudah tidak sabar seperti biasanya. Tiga hari di rumah sakit sendirian tidak ada yang membantu, seperti hidup sendiri tanpa sanak saudara dan itu terasa menyakitkan.
Tidak ada yang menanyakan apa kabar. Sudah makan apa atau hal apapun itu. Begitu juga dengan dua heboh yang biasanya mengabariku lewat WhatsApp atau mengajak video call. Mereka juga menghilang seakan sibuk dengan dunianya sendiri.
Daripada penasaran aku mencoba meneleponnya pertama panggilan grup tidak ada jawaban. Kalau aku mencoba menelpon secara pribadi bergantian. Tidak ada ya juga yang mengangkatnya sebelum Herlin muncul di grup melakukan chat dan aku kembali menelpon.
"Ada apaan lo nelpon-nelpon kita," kata Herlin.