Jadi ... lebih baik kita menjadikannya keluarga saja dengan ... dengan cara kamu menikahinya," kataku lemah pada kalimat terakhir.
Bang Anton terdiam lama. Aku tahu tidak mudah meyakinkannya dan menilik dari sifat Bang Anton, pasti butuh waktu untuk memberilan jawaban "ya" padaku.
"Apa kamu benar sudah memikirkannya matang-matang?" tanya Bang Anton tiba-tiba. Lalu menatapku tajam. Aku mengangguk pasti tanpa suara. Wajahku tegang melihat mimik serius Bang Anton sekarang. "Kalau begitu baiklah, aku akan menikahi Danisya sesuai maumu," putus Bang Anton detik itu juga.
Jawaban itu yang aku inginkan, tapi ternyata jawaban itu sukses membuatku merasa kesakitan. Tanpa terasa air mataku turun membayangkan mulai hari di mana Bang Anton telah sah menjadi suami dari Danisya hingga ke depannya, maka cinta dan tubuh Bang Anton akan terbagi.