Arnold masuk ke dalam rumah lalu duduk di sebelahku, tatapannya tajam kepada Om Tama. Dia seperti ingin menelan Omnya hidup-hidup. Om Tama dengan santai meminum teh panas yang baru saja dibuat lagi oleh pembantu.
"Arnold sudahlah perjuangkan hak kamu, Om itu kayak begini cuman buat kamu kok," kata Om Tama.
"Basi lah Om atas nama aku, perjuanganku apapun itu what the bullshit. Om cuman pengen harta mami udah ya jangan sok lagi di depanku," kata Arnold.
"Lihat Om, jelas bukan anaknya sendiri tidak mau. Kenapa sekarang Om sudah kelihatan repot," kataku.
"Karena dia itu polos, beda dengan si Anton yang penuh manipulasi. Jadi apapun yang dikatakan Anton, Arnold tidak akan protes," kata Om Tama.
"Aku sudah dewasa Om, bukan anak kecil yang harus memperhatikan terus. Aku juga punya kehidupan sendiri, kenapa sejak aku luntang-lantung kalian tidak datang, baru sekarang saat aku akan menjadi pewaris, Om baru mendekatiku," kata Arnold mencecar Om Tama.