"Bang! Tahan tanganku Bang! Jangan lepaskan aku!" Traumaku saat Mas Denis akan membunuh membuatku ketakutan. Aku berusaha pegangan ke pintu bianglala.
"Dinda! Ya Tuhan, tolong kami." Bang Anton menjerit ketakutan juga, tapi tangannya masih memegang erat tanganku.
Seorang penjaga memutar bianglala hingga perlahan turun ke bawah. Posisiku sudah dekat tanah, walau masih gemetar aku tidak sampai memegang pagar hanya sejak Kepala terasa pusing. Tidak lama kemudian, aku tidak ingat lagi apapun selain semuanya berwarna.
Saat membuka mata, Aku kaget karena sudah dikerubungi oleh warga yang menonton. Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawa, baru ku ingat apa yang terjadi tadi saat bianglala tiba-tiba mati lampu dan hampir terjatuh. Bang Anton langsung memeluk erat lalu memberikan minum.