Setelah perjalanan panjang, kami sampai di Indonesia. Bang Anton mengantarkan Kiara ke rumah Mami dan aku langsung ke rumah sakit. Setelah tahu kalau kami akan pulang, Mami baru mau dibawa berobat. Saat bertemu wanita itu, aku langsung memeluk erat.
"Mana Anton dan Kiara? Kenapa cuman kamu yang datang? Apa kalian tidak pulang bersama?" tanya Mami tanpa jeda. Aku tahu Mami pasti merindukan anak dan cucunya juga.
"Bang Anton sedang pulang ke rumah Mami. Nanti dia ke sini," jawabku cepat agar Mami tak menerka-nerka.
"Maaf, ya, Mami merepotkan kalian." Kesedihan tampak jelas di wajah Mami.
"Jangan katakan itu, Dinda malu, Mami," selaku cepat. Mana mungkin ada orang tua yang merepotkan anaknya?
"Mami merasakan belakangan ini tubuh semakin tua dan lemah saja. Terkadang Mami takut ketika kalian tidak ada, Allah mengambil nyawa Mami. Kalian tidak bisa menghadiri pemakaman Mami nantinya." Air mata langsung jatuh ke sisi wajah Mami.