Kabar mengejutkan datang dari Indonesia. Seorang pembantu dari rumah Mami mengabarkan kalau Mami sakit keras. Sudah dua minggu wanita itu terbaring lemah, tetapi melarang pembantu untuk nelpon kami. Akhirnya aku dan Bang Anton mendiskusikan hal ini.
"Bagaimana Bang? Mami sakit, tidak mungkin kita diam di sini sedangkan di sana tidak ada yang mengurus apalagi soal administrasi," kataku dengan perasaan luar biasa khawatir.
"Iya, Dinda. Aku juga sedang memikirkan hal yang sama. Aku bingung saat ini karena uang tabungan kita hanya cukup untuk pulang saja," jawab Bang Anton dengan berkerut. Bingung sekaligus kalut.
"Tidak apa-apa. Nanti kalau kita kembali, kita bisa cari uang lagi di sini, Bang. Daripada kita menyesal tidak bisa ada di saat Mami butuh." Aku mengusap pelan bahu Bang Anton mencoba menenangkan kekalutan yang suamiku rasakan.