203
Di luar Mas Denis terus menggedor-gedor pintu mendengar suaranya yang semakin kencang aku ketakutan. Aku segera berlari untuk mengambil ponsel. Tapi beberapa detik kemudian pintu malah terbuka, sontak aku terkejut. Mana mungkin Mas Denis bisa membuka pintu, sedangkan di depan ada kode akses yang harus dilumpuhkan.
"Ngapain sih lama banget buka pintu, udah kubilang kan, aku bisa bongkar rumah ini. Kenapa kamu nggak mau buka pintu," kata Mas Denis. Dengan santainya dia mengibaskan pakaiannya seolah sedang membereskan debu.
"Keluar kamu Mas! Tidak sopan masuk rumah orang tanpa permisi," kataku bersikap waspada.
"Orang lain kamu bilang? Apa kamu lupa, siapa kamu?" kata Mas Denis. Melihat raut wajahnya yang seperti itu, aku jadi semakin ketakutan. Aku berusaha terus mundur dan mencari ponsel yang ada di kamar.
"Kamu jangan macam-macam ya Mas! Kamu nggak bisa sembarangan ini. Kamu sudah melanggar privasi," kataku.