200
"Waktunya lo turunkan ego, Dinda. Mau gimana juga hargai perasaan Anton. Dia udah banyak berkorban buat lo, mau cari suami kaya gimana lagi," ucap Danisya menenangkan.
"Iya, gue bakalan berusaha Sya," jawabku.
"Gue tahu nggak mudah ilangin trauma, Din. Tapi, kalau lo nggak coba, mau kapan lo bisa," kata Danisya.
"Bismillah gue bisa, ada rekomendasi psikolog yang friendly?" tanyaku.
"Nanti gue cari tau, baru gue kabarin," kata Danisya.
"Oke, thanks Sya, udah malem nih gue pulang dulu," pamitku.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa mobilnya," ucap Danisya.
Danisya mengantarkanku ke teras depan, mataku berpendar melihat ke sesekitar rumah dan Nisa Ternyata enak juga kalau misalkan punya tempat usaha sekaligus rumah dalam satu tempat. Aku juga ingin punya tempat yang seperti ini Entah nanti di konveksi atau di pabrik keripik.