179
Setelah bicara dengan Mama, aku keluar dari kamar dan terkejut melihat Pak Anton sudah duduk di ruang tv hotel. Aku melirik padanya begitu juga pria itu membalas tatapanku, namun dia acuh saja tidak menyuruhku untuk apapun akhirnya aku menghampirinya.
"Katanya mau pergi sama mereka. Kok, balik lagi ke sini, Bang?" tanyaku.
"Ngapain pergi sendiri, orang istriku aja di sini. Kenapa aku senang-senang sendiri, sedangkan istriku kesepian di hotel," jawabnya sambil mengerlingkan mata,
"Aduh tolong deh Pak, jangan kayak gitu. Saya tuh masih asing tahu dengan keadaan ini," kataku.
"Masih manggil saya dengan sebutan Pak?" Pak Anton menatap tajam padaku, sebelah sudut alisnya terangkat.
"Maaf, Bang, saya lupa," jawabku.
"Saya lapar istri, temani saya makan," kata Pak Anton.
"Hah?" Aku terkejut mendengarnya dan mengernyitkan dahi.
"Tidak dengar juga? Saya lapar, artinya mau makan," sengitnya.
"Makan apa, biar saya siapkan, Bang."