170
Ketika aku akan marah, Joe menelpon dari nomor lain. Aku langsung pergi dari sana dan masuk ke kamar. Joe mengatakan padaku untuk tidak terlalu keras menanggapi mereka. Joe menyuruhku untuk tidur saja supaya tenang, tapi mata masih saja sulit terpejam karena beban pikiran.
Di luar Mama dan Kak Yuni terdengar membicarakan sesuatu. Tidak lama kemudian mereka masuk ke kamarku dan duduk di samping ranjang. Terasa tangan Mama mengelus pelan rambutku, beberapa detik kemudian terdengar suara isak tangisnya.
Aku kaget tapi tidak mau bangun, kudengar Kak Yuni memberikan Mama suport untuk selalu semangat. Tapi Mama terus menangis pelan.
"Ma, aku kasihan sama Dinda, tapi mau gimana lagi.. Keselamatan keluarga kita juga lebih penting," kata Kak Yuni.
"Kamu jangan ngomongin ini di sini, Yuni. Nanti Dinda bangun. Bahaya loh," kata Mama.
"Enggak mungkin, si Dinda kalau tidur kan kayak kebo tahu." Kak Yuni mengatakan dengan pedenya.