129
Pak Anton masuk ke dalam ruangan, pria itu langsung menghampiriku dan menanyakan kenapa aku menangis. Tapi rasanya malas sekali menjawab perkataan pria itu. Mengingat dia juga membohongiku atas kondisi wajahku.
"Ada apa ini? Kenapa Dinda nangis, Joe?" tanya Pak Anton.
"Dia sedih melihat wajahnya," jawab Joe.
"Wajah bisa diperbaiki, Dinda. Tapi nyawa kamu itu jauh lebih penting. Jangan jadi orang yang tidak bersyukur," kata Pak Anton.
"Kenapa saya harus menderita seperti ini. Sedangkan orang-orang jahat itu hidup dengan bahagia! Kenapa!" teriakku meluapkan emosi yang sejak kemarin dipendam karena tidak bisa mengungkapkan.
"Sudah, kamu sedang tidak tenang. Lebih baik diam dulu," kata Pak Anton.
"Bagaimana bisa Pak! Saya sudah cukup diam ketika dizolimi. Tapi sekarang keadaan saya." Aku tidak sanggup lagi karena dada mulai sesak.