122
"Rahasia apalagi, Dinda? Kenapa banyak amat rahasia laki lo," sahut Danisya mencebik kesal.
''Ada sesuatu yang selama ini dia sembunyikan lagi. Tapi, sorry banget gue nggak bisa bilang soal hal ini," jawabku.
"Lo tahu kan, resiko udah ngomong sama gue? Don't kentang alias kena tanggung," kata Danisya menajamkan tatapannya.
"Ada waktunya nanti juga lo tau. Gue sekarang berusaha menghargai dia dulu. Katanya sih, gue mau dikasih tahu kebenarannya. Kalau gue udah sembuh."
"Apa dia nanti nggak bohongin lo lagi?" tanya Danisya.
"Untuk sekarang Sya, gue mencoba percaya aja," jawabku.
"Hmmm, gue nggak ngerti lagi. Lo itu baik atau bodoh, masih aja lo kasih kesempatan buat si Denis. Padahal, dia udah banyak nyakitin lo," kata Danisya.
Aku hanya tersenyum tipis, bukan karena tidak mau mendengarkan apa yang Danisya katakan. Tapi, semoga saja ini yang terakhir, dan Mas Denis tidak mengingkari janjinya lagi.
***
Satu minggu kemudian.