120
Satu pekan dirawat di rumah, rasanya aku mulai jengah. Sakit di perut mulai berkurang, tapi dokter tetap memintaku bedrest selama dua minggu. Aku sudah bosan hanya berbaring dan menatap deretan gedung di depan mata.
Mas Denis jarang menengokku, kecuali pulang bekerja dan bukan jadwal bersama Aisha. Malah, lebih sering Pak Anton yang menjengukku, setiap jam makan siang dan sepulang bekerja. Kadang, jika bertemu Mas Denis, mereka mengobrol sampai larut malam.
"Permisi, paket." Suara Pak Anton membuatku menoleh ke arah pintu.
Senyum semringah langsung tersungging dari sudut bibirku melihat kedatangannya yang lucu. Seumur mengenalnya hampir satu tahun, baru hari ini ku lihat Pak Anton memakai kaos, jeans, dan topi layaknya tukang paket. Tapi ditangannya pria itu membawa sesuatu, jika kuresapi aroma bau makanan.