Malam ini jatah Mas Denis bersama Aisha, setidaknya hari ini aku merdeka untuk tidak melayaninya. Teringat pada tangisan Pak Anton, sepertinya pria itu sedang sangat terluka. Tapi bagaimana caraku menghiburnya, sedangkan akses untuk ke sana terbatasi.
Berkali-kali kepalaku menengok ke arah balkon sebelah, tapi tidak ada tanda-tanda Pak Anton akan keluar. Terlihat lampu di kamar itu masih menyala, biasanya jika sudah tidur, Pak Anton akan mematikannya. Kenapa aku jadi khawatir seperti ini padanya.
Lama aku menunggu, berharap Pak Anton akan keluar supaya mau mengobrol. Tapi sampai tengah malam, pria itu tidak kunjung keluar juga. Akhirnya, aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, karena udara dingin menusuk kulit.
***
"Kamu punya usaha konveksi tapi nggak bilang sama Mas, Dek?" tanya Mas Denis, pagi-pagi dia sudah masuk ke dalam kamar dan menginterogasi-ku.
"Aku mau kasih tahu, tapi belum waktunya aja," jawabku. Aku cukup kaget kenapa Mas Denis bisa tahu.