Malam itu saat cuaca sedang sejuk ada beberapa orang dari desa menanyainya dengan suara keras membuat anak pelayan tersebut kaget oleh sebab itu dirinya jarang mengatakan tentang jati dirinya sebenarnya lagipula siapa yang akan peduli sama gadis tersebut. Biru memandangnya sayu lalu mengulas senyum tipis seraya memerhatikannya dari balik sel kayu itu, lelaki itu terus saja menghitung hari kebebasannya padahal seharusnya sang pangeran tidak pantas berada di dalam tempat terkutuk itu. Jangankan berbicara, bertemu saja sulit sekali: Biru tetap saja pemuda baik hati yang senang membantu rakyatnya meski sedang mengalami kesulitan. Gadis yang lagi berdiri di hadapannya kini hanya menjalankan perintah dengan memberikan secangkir racun yang diberikan oleh raja Regra, tetapi rupanya anak pelayan ini memiliki IQ yang cerdas ia menggantinya dengan anggur merah.