Chereads / Mago / Chapter 4 - 4

Chapter 4 - 4

Yang harusnya ia pikirkan saat ini adalah bagaimana cara membuka pintu Labirin itu dan membuat semuanya tetap berjalan sesuai yang seharusnya, Kristina telah tiba di ruangan Marda lalu mencari cermin yang bisa membuka pintu tersebut tak lama satu orang prajurit datang dengan pakaian lengkap beserta armo pelindung perang ... Kristina mengernyit heran saat melihat beberapa di antara mereka saling pandang karena satu dan lain hal gadis yang kini memiliki kuasaan pada tempat, yang mana dirinya sendiri merasa asing akan tempat itu. Marda tak memberitahu siapa pun masalah yang terjadi pada negeri mereka tetapi itu bukan hal yang sulit buat ratu sepertinya, ia hanya tidak ingin masyarakat tersulut sama pemberontakan yang terjadi hanya dengan menutupinya. Kristina ingin semua yang gadis itu pelajari berguna untuknya nanti dikehidupan masa mendatang akan tetapi bukan kehidupan yang bahkan dirinya sendiri mengutuknya seperti ini, "untuk ke depannya aku harus bisa membuka pintu itu!" serunya dengan semangat.

"Kenapa anak ini selalu membuat masalah," gumam sang jendral yang langsung pergi dan memanggil beberapa pengawal untuk berjaga di depan sana. Kristina berjalan diam-diam seperti seorang pencuri namun tak lama satu prajurit datang menghadang jalannya. Toska memandang sang ayah yang tampak serius karena ada beberapa masalah di pusat kota dan membuatnya turun tangan seperti ini, Toska hendak mau mengikutinya namun urung ia suara kan, pemuda yang kini berjalan ah mungkin sedikit berlari itu agak mencari kudanya dan bergegas menyusul salah satu ajudan ayahnya. Marda menghela saat lagi-lagi masalah datang ke kerajaannya dan itu sebuah pemberontakan besar yang pernah ia alami, sebenarnya agak rumit ketika menjalankan kerajaan tanpa kepemimpinan seorang raja ... akan tetapi itu bukan hal yang sulit bagi Goerge untuk menggoyahkannya. Goerge selalu membuat onar tak hanya sekali saja tapi ratusan kali dan mungkin saja kali ini sang pangeran akan sungguh-sungguh menggulingkan Marda dan segera menyingkirkan Kristina.

Marda memicingkan maniknya lalu berdecak dan kemudian menghela panjang, sang ratu tentu tak bisa menahan rasa kesalnya terhadap orang di hadapannya itu. "apa yang membuatmu yakin? Apa yang membuatmu yakin jika aku akan kalah?" Goerge tau sekali jika perempuan di depannya itu sangat tamak, akan tetapi Marda justru lebih memahami kalau kebenarannya adalah pria yang sedang menantangnya itu jauh lebih tamak.

"Aku? Itu sangat mudah bagiku. Karena aku yang akan menjadi penguasa di Mago, tak akan ada yang bisa menggantikan posisiku!" Marda menyeringai tak habis pikir dengan semua yang dilakukan oleh Goerge, perempuan itu cuma mengadah ke atas sembari memandang langit yang mulai gelap dan agak sedikit mendung.

"Sepertinya langit berpihak denganku." ujar Marda dengan penuh penekanan pada setiap katanya. Goerge menatapnya tajam lalu melirik ke arah belakang pertempuran tak terelakan lagi banyak yang tidak siap dengan perang tersebut hingga banyak korban berjatuhan, berharap ada keajaiban terjadi pada sang ratu, tak berselang lama Marda berbalik dan mengintrupsikan semua pasukannya agar segera mundur dari area pertarungan. "mundur! Dia mengincar Yang Mulia Putri Mahkota! Segera ke istana dan beri pengamanan." bagaimana mungkin ia ceroboh dengan membawa semua pasukannya. Segera mungkin mereka kembali ke dalam istana namun terlambat Kristina sudah ada di dalam genggaman para pengikut Goerge, bahwasannya prajurit dari Goerge sudah menyamar sejak beberapa jam lalu.

Toska mengeluarkan pedangnya saat tiba di kediaman Marda dan tanpa sepengatahuan sang ratu Toska telah mengambil alih kerajaan, "menyingkir dari hadapannya!" pekik sang pemuda yang berusah melindungi Kristina.

"Hey! Ini ada apa?! Kalau mau bertengkar jangan sekarang! Jangan kalian pikir aku lemah." trang! Suara gemuruh pedangan saling bersahutan membuat Kristina tidak tahan akan gesekan itu, Kristina hanya menggunakan tangan kosong dan kekuatan magisnya masih belum sempurna. Namun itu bukan masalah bagi Toska yang sudah memiliki banyak ilmu dan kekuatan cukup mumpuni, Kristina akui kemampuannya jauh dibanding orang-orang di depannya, jujur saja ia menyesal telah mengatakan hal tak perlu kaya tadi. Ibu Kristina terus saja memiliki firasat buruk akan putrinya yang belum kembali sampai detik ini. Kristina tak menghiraukan ocehan mereka dan terus menyerang lawannya sampai pada satu detik terakhir si gadis merasa lelah karena pertarungan itu tak ada habisnya, membuat Kristina kehilangan tenaga dalamnya.

"Nak, kamu di mana? Ibu merindukanmu." lirih sang Ibu yang terlihat semakin kurus.

"Mau sampai kapan kamu tidak makan? Kamu bertambah kurus," pria tua yang ada di depannya itu menatap prihatin sama kondisi istrinya bahkan setelah tau kekasih putrinya datang beberapa waktu lalu tak membuat putrinya kembali. Ibu sangat sedih dan merasa kehilangan tetapi tak membuat suasana yang keruh menjadi baik, tetapi tak dapat dipungkiri kedatangan Lorenzo sedikit menghangatkan hatinya yang sempat gundah karena terlalu memikirkan sang putri.

Setelah kekalahan Goerge langsung memutar keadaan dan meminta agar diberi pengampunan namun itu sia-sia dan malah membuat Marda semakin murka padanya, perhatiannya masih tertuju pada Kristina yang sedang menahan rasa sakitnya mungkin Goerge berpikir jika kerajaan itu tidak akan bisa dipimpin oleh seorang ratu namun Marda sekuat tenaga mungkin membuktikannya.

"Apa sudah memangil ahli pengobatan?" tegur Marda pada salah satu prajurit, yang hanya dibalas dengan anggukan saja.

"Sudah, My Lady!" Marda mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya pada Kristina. Saat itu Kristina benar-benar hampir mati, si gadis tak sengaja terkena serangan Toska pada saat mencoba melindunginya tetapi ketika itu Toska tak menggunakan seluruh kekuatannya ... dan malah berakhir seperti ini. Saat ini pemuda itu berdiri di samping Kristina menunduk penuh penyesalan, tak hanya itu ia terus saja menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi pada Kristina. Kristina sadar dari tidurnya kemudian menatap sekeliling yang sama asingnya seperti sebelumnya, gadis yang kini memandang Marda dengan pandangan kecewa itu tak bisa mengatakan apa pun akan tetapi itu sulit baginya.

"Tinggalkan kami berdua," titah sang ratu. Toska enggan beranjak lalu melirik Kristina yang tampak tak peduli dengannya, "berdua Toska." tekan Marda lagi.

"Ada apa?"

"Hal penting yang harus aku katakan," Kristina tau dan dirinya tak bodoh akan hal yang Marda ucapkan itu akan tetapi hal penting apa yang sedang ratu ini sampai padanya, gadis itu hanya berharap semoga kepentingan ini membuatnya pulang ke rumahnya. Marda tentu akan kerepotan jika tidak diberitahu sekarang tentang apa yang akan terjadi jika tahta salah di tempati oleh orang jahat, Kristina tak tau apa yang coba disampaikan oleh sang ratu.

"Hal penting apa itu?"

"Aku tau ini tidak akan mudah," sambung Marda yang masih mengenakan pakaian perang. Tak ada satu baju baja pun yang ia lepas dari dirinya namun itu tidak berarti sang ratu tak mengenakan kembali jubah kebesarannya.