"Hai Dita, Frans. Peto tuh, mau merebut Dita dari elu, Frans," adu Arnold.
"Emang gitu Arnold kalo rada error kalau kasusnya banyak," bela Peto.
"Belum nikah juga, kok."
Dita terkekeh, ia tahu ini hanya becanda. Dia tidak terlalu menggubrisnya. Iapun mendengarkan perihal kasus mayat Tian yang sedang ditangani Peto.
"Willy cerita ke kalian?" tanya Dita.
"Iya, adiknya Tian. Lo kenal?" tanya Peto.
"Kenal tapi nggak deket, gue sungkan sama dia. Rada awkward aja sih," jawab Dita.
"Dia berharap ada penjelasan logis maupun non logis tentang kejadian ini," jelas Peto.
"Menurut gue sih," Dita berpikir sebentar. Entah sudah ke berapa kali, ia terlibat dalam kasus Tian.
"Sudah pasti si ratu laknat yang menyerang Tian dan Frans. Tak salah lagi," tebak Dita.
Peto semakin bingung dibuatnya, saat itu sudah jelas ulah sang ratu maka ia akan sibuk merangkai kata untuk penjelasan pada Willy.
"Aduh, gue kudu bilang apa?" tanya Peto pada dirinya sendiri.
"Gue bantu jelasin?" tawar Dita.