"Gimana kalau gue daftar kerja di mari, To?" tawar Arnold. Ia tertarik melihat keramaian cafe dan ramah tamah pelayan di sana, juga bau kopi yang nikmat begitu menyenangkan bagi hidung Arnold.
"Lo mau ninggalin gue, nyet?" tukas Peto.
"Iye, gue cape jadi detektif," keluh Arnold.
"Lah ngapa? Kan lu juga ngepet, cu?" sambut Peto. Ngepet yang dimaksud adalah freelance di internet yang menghasilkan dollar.
"Bukan masalah duit tapi batin, bro."
"Batin apaan?" tanya Peto.
"Gue nggak mau diremehkan gini sama pak polisi," jawabnya sembari mengelus dada.
"Mereka cuma belum tahu aja kalo kita hebat," dukung Peto.
"Astaga, gue sakit hati."
"Sabar, kita buktikan suatu hari nanti, kita akan jadi penyelidik yang hebat," dukungnya optimis.
"Butuh pecahkan kasus yang besar agar mereka yakin kemampuan kita," ujar Arnold.
"Ya kali bikin kasus sendiri, pecahkan sendiri kayak di film-film," ujar Peto.
"Nggak gitu, kita menyerahkan diri namanya," tandas Arnold.