Dita dan Tian bertemu di 127 cafe, akhirnya setelah sekian lama mereka terpisah.
"Tian..." panggil Dita lirih.
"Kamu siapa?" tanya Tian.
"Ini aku, Dita. Kekasihmu," jawab Dita. Air mata nyaris jatuh dari kelopak matanya tapi ia tahan karena bukan Dita namanya kalau terlihat lemah. Air mata adalah untuk dirinya, bukan untuk diumbar. Yang menyaksikan dirinya menangis adalah cermin.
"Bukannya aku di sini untuk bertemu Luna?" ujar Tian.
"Aku juga mau bertemu Peto tapi kamu yang muncul.
Mereka saling canggung satu sama lain. Lucunya, orang yang dulu sangat dekat, sekarang tak ubahnya seperti orang yang baru kenal. Mereka seperti pasangan yang baru saja putus. Naas, mereka putus karena orang ketiga. Tepatnya makhluk ketiga.
"Kamu yang namanya Dita?" tanya Tian lagi padahal sudah jelas Dita memperkenalkan dirinya tadi.
"Iya, kenapa?" tanya Dita.
"Kamu sejak awal tidak bisa kuingat. Ada yang mengganjal di pikiranku. Bisa jadi itu ingatan tentangmu," jawab Tian.