Setelah itu, anak laki-laki itu sungguh datang lagi ke rumahku. Bukan hanya sekali melainkan hampir setiap hari. Tante Sari juga sangat senang dengan kehadiran nya. Wajar saja ia adalah teman pertamaku setelah sekian lama aku sendiri.
Ah aku lupa... Perkenalkan namanya adalah Reynan. Aku biasa memanggilnya Rey. Dia adalah anak baik yang periang, dan ternyata selama ini aku juga satu sekolah dengannya. Hanya saja kami berbeda kelas, dan mungkin itu yang membuat ku tak mengenalinya. Karna aku lebih baik makan sendiri di kelas, daripada harus repot-repot pergi ke kantin. Tapi Sekarang semuanya berbeda, ada Rey yang menemaniku.
Setelah masuk Smp pun Kami berdua masih menghabiskan banyak waktu bersama, bermain bersama, terkadang Rey juga datang ke rumah ku untuk dibantu mengerjakan tugas. Aku benar-benar menikmati ekspresi nya yang kebingungan saat diajari berbagai rumus matematika. Jujur hari-hari ku jadi lebih menyenangkan semenjak ada Rey.
Sampai 3 tahun kemudian aku berhasil jadi lulusan terbaik di sekolah ku.
"Selamat atas kelulusan nya ya Al" ucap Rey seraya menjabat tangan ku. Aku tersenyum dan menjabat tangannya erat. Rey memang tidak mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah namun ia selalu tidak masalah akan hal itu.
" Nanti kamu datang kan ke rumah ku? Tante Sari udah buat banyak makan loh" ucapku riang. Ia hanya mengangguk seraya mengelus kepalaku. Membuat ku merasa sangat nyaman, itulah kebiasaan nya sejak dulu.
•••
Tepat pukul 7 malam, Rey sudah berdiri di depan pintu rumahku. Dan setelah nya Tante Sari mempersilahkan kami untuk makan bersama.
"Selamat ya kalian" Tante Sari tersenyum senang
"iya tante, makasih" ucapku.
"Rey, tante dengar kamu ga masuk 10 besar sekolah ya?"
Rey yang sedang sibuk memakan seketika langsung mendongak kan kepalanya dan tersenyum.
"iya tan, Rey cuma dapat peringkat 8 di kelas dan peringkat 25 di sekolah. Tapi ga masalah ko tante" jawabnya.
"Memang dari dulu itu udah jelas-jelas kalo aku itu lebih pintar dari Rey. Iya kan tan?" aku tertawa kecil, melihat Rey yang menatapku jengkel.
"ihhh sombong banget kamu. Aku itu sebenarnya pintar, cuma emang sengaja ga aku tunjukkin" balas Rey sambil mengangguk dagunya tinggi-tinggi.
"Enak aja, jangan banyak berkhayal deh"
Rey justru semakin menantang "Emang bener tau"
"Shuut kalian ini yaa" Tante Sari melerai kami berdua.
"Nah biar kalian ga berantem, tante ada kejutan buat kalian" Aku dan Rey lantas menoleh bersamaan.
"Hadiah apa tan?" tanya kami. Tante Sari langsung ke dapur dan membawakan cheese cake kesukaan aku dan Rey.
Mata Rey seketika berbinar "Wahh....tante buat sendiri?" tanyanya antusias.
Tante Sari mengangguk "Anggap aja ini hadiah buat kalian dari tante"
"wahh makasih Tante. Tante emang yang terbaik deh" timpalku.
"Iya Sayang sama-sama. Tapi ingat Al gaboleh makan banyak-banyak yaa, al kan harus hidup sehat" ia mengelus puncak kepala ku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
•••
Pukul 9 malam. Rey masih senantiasa di rumahku. Sekarang kami berdua sedang berada di halaman rumah, duduk berdua dia salah satu bangku taman sambil menikmati cheesecake dan secangkir coklat panas buatan Tanteku.
" Ga kerasa ya Al. Sudah 6 Tahun kita temenan. Kamu yang dulu cuma gadis kecil berkepang 2, kini udah jadi gadis remaja yang cantik" Rey menatapku dalam.
Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. Aku senang saat Rey berkata bahwa Aku ini "cantik", apalagi ditambah dengan tatapan nya itu. Dadaku berdebar rasanya.
"Tapi sayang ya, Saat SMA nanti kita ga bisa bareng" Seketika aku langsung mengangkat kepalaku.
"maksudnya?" Kali ini giliran Rey yang terdiam.
"Rey, maksud kamu apa" aku mengulang pertanyaan ku. Rey menghembuskan nafasnya, Seperti ada rasa sedih di wajahnya. Aku terus menatap, menunggu jawaban atas pertanyaan ku.
"Ayahku....Ayahku dapat perkerjaan di luar kota. Mau ga mau aku dan mamah harus ikut, dan rencananya kami akan menetap disana." Aku diam membisu, seluruh sendi ku terasa lemas.
"Jadi kamu ga akan kesini lagi? ga akan sekolah disini lagi? ga akan ketemu aku lagi?" Aku bertanya bertubi tubi. Rey hanya mengangguk kecil sambil meminum coklat miliknya.
Aku hanya meminum coklat ku. Berusaha bersikap tenang, membiarkan sepi menghampiri kami selama beberapa menit. Membiarkan kami bergelut dengan pikiran kami masing-masing.
"Kapan kamu akan berangkat Rey?"
"Besok malam" jawabnya singkat. Astaga kenapa harus secepat ini?
" kalo gitu, Hati-hati ya Rey" ucapku, berusaha sebisa mungkin menahan air mataku.
"Tapi Al, aku ga mau pergi" ia berucap pelan, nada bicaranya masih menyiratkan kesedihan.
"loh kenapa?"
ia berkata dengan tegas "Aku ga mau ninggalin kamu Al" diam-diam aku tersenyum. Rasa hangat menyapu diri ku.
"Kalo gitu besok sore kamu datang ya ke rumahku" ucapku.
Rey terlihat kebingungan "buat apa?"
"dateng aja yaa" ucapku. Rey hanya mengangguk patuh.