Chereads / Always waiting for you / Chapter 3 - Say Goodbye

Chapter 3 - Say Goodbye

Sampai pukul 4 sore, aku masih belum melihat tanda-tanda kedatangan Rey. Aku jadi kesal. Aku itu tidak suka dibuat menunggu sesuatu yang tidak pasti. Akhirnya aku mengambil sepeda ku, memasukkan beberapa barang ke dalam tas ku dan pergi ke rumah Rey.

"Tante, Al pergi dulu yaa"

"Mau kemana sayang?" Teriak tante Sari dari dalam rumah. Ia sedang sibuk mendesain baju baru untuk butik miliknya.

"Kerumah Rey" balasku juga setengah berteriak.

"Yaudah hati-hati yaaa"

Aku langsung mengayuh sepeda ku. Tidak sampai 10 menit kemudian aku sudah di depan rumah Rey. Karna memang jarak rumah kami yang hanya terletak beberapa blok jadi tidak butuh waktu lama bagiku untuk sampai.

"REY!!!! JADI GAAA?!" aku langsung berteriak di depan pintu rumahnya.

"REYNAN!!!!" Aku semakin kesal. Anak itu! Apa dia tuli?.

Tak lama pintu rumah terbuka. Wajah tante Rita menyambutku. Ia adalah ibu Rey. Meskipun seumuran dengan tanteku, tapi wajah tante Rita selalu terlihat lebih muda, kulitnya bersih dan terawat.

"Aduh Al, jangan teriak-teriak dong" Tante Rita lantas mengeluh sambil memegang spatula di tangan Kirinya, aku hanya tersenyum lebar.

6 tahun berteman dengan Rey, membuat masing-masing dari kami dan keluarga kami sudah saling mengenal satu sama lain. Terkadang tante Rita yang ahli memasak menjamu kami makan bersama di rumahnya. Dan tanteku yang memang pemilik toko butik terkenal itu membantu mendesain baju tante Rita saat ia dan suaminya harus mendatangi beberapa acara kantor. Oh iya dan satu lagi Om Arif, ia adalah Ayah Rey, orang nya lucu, asik, dan pekerja keras. Setiap bersamaku, ia selalu menjadi pribadi yang menyenangkan, tapi saat bersama Rey ia selalu saja berengkar. Bukan bertengkar yang sesungguhnya, tapi Rey suka kesal dengan tingkah ayahnya itu...

"Reynan ada tan?" Tanyaku.

"Ada di kamarnya. Kayaknya si tidur, kamu bangunin aja, tante mau lanjut masak" Tante Rita lantas kembali ke dapur dan melanjutkan Aktivitas memasaknya yang sempat tertuda itu.

Aku naik ke lantai 2 tempat kamar Rey berada, dan benar saja saat kubuka pintu ternyata ia sedang tertidur pulas sambil memeluk guling kesayangannya.

Aku semakin kesal melihat itu. Aku sudah menunggunya dari tadi dan ia justru asyik bermimpi. Aku melihat sekitar, dan tersenyum begitu mataku melihat segelas air putih diatas meja. Aku langsung mengambil nya dan....

"AAAAAAAA" Reynan terkejut dan langsung terbangun. Matanya seketika terlihat segar. Ia mengusap wajahnya yang sudah basah karna aku siram tadi.

"Ihh! Jail banget si" ucapnya kesal. Aku tertawa puas melihatnya.

"Jam berapa sekarang? Aku tunggu kamu di rumah, kan udah janji mau ke rumah aku sore ini" aku menatapnya marah.

Ia terbelalak "astaga aku lupaa, maaf Al" ucapnya. Aku hanya menatapnya tajam.

"Yaudah ayoo udah jam 5, ini kan hari terakhir kita" ucapku.

"Aku mandi dulu ya" ia beranjak dari tempat tidur dan mengambil handuknya.

"Gausa mandi, udah kesorean" ucapku.

"Nanti aku ga ganteng Al" ucapnya. Aku tersenyum lebar menahan tawa.

"Kamu mandi atau engga bakal tetep keliatan jelek ko" Tawaku lepas begitu saja. Rey semakin terlihat kesal.

"Udah ayoo" aku langsung menarik tangannya keluar kamar.

::::

Aku membawa Rey ke taman komplek, tempat biasa kami bermain. Aku langsung mengambil barang yang aku bawa itu adalah beberapa lembar fotoku dan Rey. Aku langsung menghampiri sebuah pohon besar yang terletak di tepi taman. Aku berjongkok di depannya. Dan mulai menggali lubang tepat di bawah pohon

Aku menoleh dan melihat Rey yang hanya berdiri menatap ku. "Jangan cuma liat, ayo bantu"

Rey masih tetap berdiri dan menatap ku heran "Ck. Cepet bantu" ucapku.

"Kamu ngapain si? Kurang kerjaan banget"

"Udah bantu aja, jangan bawel" jawabku kesal.

Akhirnya Rey membantuku menggali lubang itu. Hari semakin gelap dan kami baru selesai menggali lubang sedalam 30 cm tersebut.

"Huh akhirnya selesai" Aku mengusap peluh di dahiku dengan tangan kotor berlumuran tanah.

"Emang buat apa sii?" Tanya Rey mulai tak sabar. Sekeliling kamu sudah gelap semua, hanya beberapa lampu taman yang menyala.

Aku mengeluarkan beberapa foto aku dengannya. Mulai saat SD hingga SMP, dan juga saat kami bermain bersama. Mungkin sekitar 20 foto yang aku cetak. Juga sebuah kotak besi yang sudah agak karatan.

"Buat apa?" Tanya Rey.

"Jadi gini, karna dalam hitungan jam kita akan berpisah jadi aku pengen bikin Time capsule sama kamu" ucapku antusias.

Rey masih terlihat kebingungan " Time capsule?"

Aku mengangguk cepat "iya time capsule, jadi nanti kita masukin foto foto kita, Harapan Kita ke dalam foto ini. Dan kita harus janji buat gali lagi saat kita udah 17 tahun" Rey berpikir sejenak.

"Ide bagus, tapi 17 tahun itu udah biasa, gimana kalo pas umur 19? Setelah lulus sekolah jadi pas kita ketemu kita bebas buat terus bareng bareng" kali ini aku berfikir mendengar perkataan Rey, lalu mengangguk cepat.

"Bagus, aku setuju"

"Tapi gimana caranya kita nulis harapan kita?" Tanya Rey, aku tersenyum dan langsung mengeluarkan pulpen dan buku dari dalam tas. Lalu menyobek kertas itu dan memberikannya kepada Rey.

"Penuh persiapan yaa" ucapnya, aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

Lalu beberapa menit setelahnya kami berdua sibuk menulis harapan kami masing-masing. Jujur aku penasaran dengan apa yang ditulis oleh Rey.

Setelah itu kami pun memasukkannya ke dalam kotak besi beserta foto-foto tersebut. Lalu menguburkan ke dalam lubang yang tadi.

"Huh akhirnya selesai" ucap Rey.

" ga sabar deh pengen buka" ucapku.

"Baru juga dikubur, masa langsung digali lagi" ucapnya.

Karna sudah pukul 07.30 malam, maka aku dan Rey memutuskan untuk pergi dari taman itu.

Ternyata saat aku sampai di rumah Rey disana orang tua Rey sudah siap untuk berangkat. Disana juga ada tanteku.

"Loh mah mau berangkat sekarang? Bukannya kita pergi jam setengah sembilan?" Tanya Rey.

"Kamu gimana si, mamah ajak Tante Sari kesini itu biar kita sekeluarga pamitan dulu. Sekalian makan malem bareng"

Rey hanya mengangguk, akhirnya kami semua makan bersama.

"Kalian tadi dari mana?" Tanya om Arif.

"Taman" jawab Rey singkat.

Setelah makan malam orang tua Rey berpamitan pada tanteku. Begitu juga aku.

"Jaga kesehatan ya Al" ucap tante Rita.

"Iyaa, tante juga ya"

"Baik-baik kamu disini ya Al, kalo bosen cari aja cowo lain jangan sama Rey terus" Ucap om Arif, aku hanya tersenyum.

"Apa sih pah!" Ucap Rey jengkel

"Loh emang bener, Alisha kan cantik bisa dapet yang lebih dari kamu" ucap om Arif semakin menjadi-jadi. Rey menghembus kan nafas kasar.

Setelah itu Orang tua Rey berpamitan pada tante Sari. Disaat mereka mengobrol diam-diam Rey melakukan hal mengejutkan padaku dan membisikkan sesuatu di telingaku.

"Rey ayo berangkat" ucap tante Rita.

Rey lalu masuk ke dalam mobil, lalu melambaikan tangan pada aku dan tanteku. Aku membalasnya dengan canggung. Masih tidak percaya dengan apa yang dilakukannya tadi.

"Apa tadi ia benar benar menciumku?"