"Tidak, Mbak. Biarkan saya di sini saja. Menanti kedua orang tua yang sedang menghadapi masa-masa kritisnya."
Zivanya menolak tawaran Rintik dengan sopan.
Bagaimanapun juga, Rintik tidak bisa memaksa karena setiap orang berhak untuk memilih.
Jadi, yang bisa dilakukannya hanya mengusap punggung gadis itu dan menenangkannya. Membantunya berdoa serta melakukan hal-hal yang ia harap mampu menghibur Zivanya.
Tampak beberapa kali Gerhana mencuri pandang ke arah Zivanya. Namun, kali ini Rintik tetap berusaha untuk acuh saja. Selagi dalam kadar biasa saja, ia tidak akan berbuat jauh. Lagi pula Gerhana hanyalah Dokter yang siap menangani pasien beserta keluarga pasiennya secara langsung.
Melihat keadaan ini, Rintik hanya bisa pasrah dan berdoa dengan sebaik-baiknya. Berharap jika terjadi keajaiban untuk kedua orang tua Zivanya.
