Chereads / Fastidious / Chapter 4 - Bab 3

Chapter 4 - Bab 3

Tumpukan laporan yang harus di kumpul esok hanya tertumpuk begitu saja tanpa ada manisnya. Nilai ku hanya bisa selamat di huruf C. "Sudah lah Al. Yang penting nggak D atau E. Mending cari destinasi wisata menarik. Lumayan loh meskipun libur nya instansi cuma 2 minggu,"ucap Ayesha.

"Haih hilang sudah mood ku liburan terlalu jelek nilaiku,"ucapku sebal sendiri. "Makanya jangan terlalu cuek sama mata kuliah. Cuek boleh tapi sewajarnya. Sudahlah ayo nonton aja daripada meratapi nasib,"ucap Ayesha menarik tangan ku turun menatap layar laptop.

"By the way, bahaya juga Pak Aufa belum nikah di umur yang mau kepala 4,"ucap Ayesha. "Ck haruskah bahas orang itu lagi,"tanyaku sudah muak mendengar namanya saja. "Ya ngeri ngga sih. Jangan bilang ada masalah kayak lemah syahwat atau sejenisnya,"ucap Ayesha tambah melantur kemana-mana  bahasannya.

"Ck jadi istri nya dulu sana baru kalo bener ceritain ke aku. Sudahlah ngapain lagi bahas kemana-mana. Putar sudah film nya,"ucapku mulai frustasi. "Film apa ini,"tanyaku heran. "Malfiecent,"ucap Ayesha ku angguki. "Eh Al kenapa kiss scene nya Korea sama Barat kayak lebih hot Barat,"tanya Ayesha.

"Mending sana Sha nikah sama Pak Aufa baru nanti kamu coba. Sekalian tanya kenapa lebih hot Barat. Pertanyaan mu tuh nah,"ucapku. "Aish ah Pak Aufa ngga meyakinkan gitu. Skip kecuali Mas Mark nya NCT ya ngga papa lah,"ucap Ayesha. "Ck sudah sudah. Ayo nonton ngga enak bahasan mu mulai kesana kemari,"ucapku.

Yang benar saja makhluk ini dari pagi ketemu pagi bab nikah nya sudah khatam. Belum lagi dirinya membahas Kitab Qurratul Uyun dan Fathul Izar sampai detail terkecil. Apa mungkin di dalam otaknya sudah tergambar sebuah pelaminan? Aku juga ngga paham. Dengan suami halu nya yang ngaku nya dari Korea.

Hah makin ngga waras lama-lama membahas tentang nya. Baru saja mau fokus menonton sebuah notifikasi chat masuk di layar ponsel ku.

Kafa

Al mau ikut jalan ngga ke Air terjun

Sama siapa aja Kaf

Bareng anak kelas

Nanti kamu sama aku aja

Aku bawa mobil soalnya

Lah boleh boleh

Ayesha boleh ikut ngga

Boleh

Tadi kata Revan dia udah chat

Tapi belum dibalas

"Woy kocak Revan chat kenapa ngga kamu buka,"tanyaku. "Revan? Ngapain dia chat aku,"tanya Ayesha malah balik bertanya. "Tanya no togel kali Sha,"ucapku sebal sendiri. "Hmm oalah dia ngajak jalan ke air terjun. Kamu ikut kah Al?,"tanya Ayesha. "Kenapa ngga coba? Mumpung liburan kan baru besoknya aku bisa pergi ke Derawan,"ucapku.

"Asyik dah. Kamu berangkat sama siapa Al? Aku berangkat sama Dimitri,"ucap Ayesha. "Kafa,"ucapku singkat padat dan  jelas. "Ciee sama Kafa. Ehem ehem awas yang ketiga setan,"ucap Ayesha. "Kamu itu setannya. Orang naik mobil kok Ayesha zheyenk,"ucapku. "Oalah oke oke kita percaya aja,"ucap Ayesha menoel lengan ku.

"Eits diam sudah. Mau nonton aku,"ucapku. "Cie teman ku mau pergi sama Kafa. Aduh Kafa so sweet nya pake mobil,"ucap Ayesha mulai menggila. "Sudah kocak mending fokus nonton,"ucapku. "Iya iya Bu Kafa,"ucap Ayesha ku abaikan. Ngga lama nanti juga diam sendiri.

-^-

"Al kapan kita punya motor ini. Capek nya jalan kaki kemana-mana,"ucap Ayesha mulai dengan keluhan yang sampai hafal mati ku dengar. "Halu lagi kan. Sudah lah Sha kita nikmati aja jalan kaki seolah tengah santai berjalan kemana saja yang kita mau,"ucapku.

"Bukan santai tapi terpaksa ini mah,"ucap Ayesha membuatku sebal sendiri. Lagian siapa juga yang mengajak keluar sore sore begini. Kalo ku pakai baring santai dengan kopi kan jauh lebih bermanfaat. Ku pasang headset menghalau racauan aneh Ayesha.

Baru saja santai duduk manis di warung makan, mataku tak sengaja bersitatap dengan anak kecil yang sengaja sekali menghancurkan hari ku.

"Kakak koploan,"

Mendengar panggilan yang membuat ku frustasi seharian kemarin tak begitu mengganggu telinga ku lagi. "Al kamu kenal sama mereka,"tanya Ayesha membuatku melepas headset ku sembari menatap tiga anak yang melambaikan tangan ke arahku seolah bahagia padahal entah berapa kali aku misuh karena mereka.

"Keponakan nya Pak Aufa,"ucapku. "Masih juga belum beres dengan Pak Aufa,"tanya Ayesha. "Mereka yang kenal aku cuma kenal yang pake baju biru itu yang paling tua, Naina,"ucapku sembari memesan makan. "Al mereka  kayaknya seneng liat kamu,"ucap Ayesha. "Mereka seneng tapi bayangan gimana hari indah ku berjalan hancur karena mereka,"ucapku.

Brakk

Aku yang memang tipe bodo amat hanya santai meskipun tau barusan bunyi kecelakaan. Lagian kalo aku datang kesana ngga tambah membantu paling cuma merusuh.

"Al ayo liat,"ucap Ayesha. "Aku phobia darah Sha. Kamu aja Lagian aku ngga tambah bantu malah cuma numpang nonton kalo kesana,"ucapku santai melanjutkan makan. Membiarkan Ayesha berlalu menuju sumber suara. Diri nya kan bergabung dengan PMI jadi ya wajar sedangkan aku liat luka ku sendiri bisa pingsan.

"Dek kesini sama siapa?,"

"Kakak koploan yang makan itu,"

Mati. Anak kecil itu kah yang kecelakaan. "Mbak adeknya kecelakaan kok bisa santai sih,"ucap salah seorang warga membuatku menggeleng cepat. "Maaf tapi saya ngga kenal dia,"ucapku sebal. "Dek beneran Kakak itu?,"tanya Ayesha. "Iya kakak itu,"ucap Naina membuatku hanya diam.

"Mbak mending bawa adeknya. Kasihan shock habis kecelakaan,"ucap beberapa orang yang ada di tempat. "Baik-baik saya bawa,"ucapku terdesak dengan kondisi. "Sha mau dibawa kemana dia? Lagian kamu darimana sih Naina,"tanyaku berusaha menahan emosi.

"Tadi aku ke sini sama Mas Aufa sama pacarnya tapi hilang jejak,"ucap Naina. "Haih ke kost aja sudah yuk,"ucap Ayesha. "Ke kost Kakak aja ya,"ucapku di angguki nya. "Maaf ya Dek agak capek, kita jalan kaki soalnya,"ucap Ayesha. Haruskah dia menyusupi racauan anehnya ke anak kecil di saat begini?

-^-

"Al dikamar mu aja. Kamar ku banyak barang belum ku simpan. Bentar ku simpan dulu,"ucap Ayesha dengan santai meninggalkan ku. "Masuk Dek. Maaf ya kamar Kakak memang agak sempit,"ucapku tersenyum kecil mengajaknya masuk.

"Kamu sudah makan,"tanyaku. "Belum hehe,"ucap Naina tersenyum kecil membuat ku menghela nafas pelan. "Bentar tunggu kakak satunya. Kalo aku yang masak buka pabrik garam, nanti malah sakit perut,"ucapku membuatnya tergelak ringan. Sembari menunggu Ayesha, tanganku dengan cepat mengetikkan nama di grup mencari no Pak Aufa.

"Kakak kok banyak makan mie?,"tanya Naina melihat stock makanan ku. "Ya begitulah Dek keras kehidupan. Makanya kamu harus rajin belajar biar kuliahnya yang ada asramanya biar ngga makan mie mulu kayak aku,"ucapku tersenyum kecil sembari membuka kembali koper.

Barangkali ada makanan ringan yang bisa dia makan. "Kakak mau kemana kok pake koper,"tanya Naina. "Mau pulang dek ke kampung. Saya anak kampung Dek,"ucapku. "Ih pasti sepi ngga ada listrik,"ucap Naina. "Listrik ada kok tapi pake shift. Makanya Kakak kuliah yang bener biar bisa bangun kampung Kakak,"ucapku.

"Tapi perbaikan nilai tuh kemarin di rumah,"ucap Naina membuatku menahan senyum. "Itu kecelakaan Dek,"ucapku menahan diri. "Kakak boleh liat buku bukunya,"tanya Naina. "Ya ya baca aja kalo paham,"ucapku sembari membaringkan tubuhku santai di atas ranjang.

"Kakak suka sama Mas Aufa ya,"ucap Naina. "Jangankan suka Dek. Ketemu aja amit amit,"ucapku. "Tapi ini banyak betul tanda tangannya,"ucap Naina membuatku sontak terbangun. "Ehh ini disuruh sama dosen Dek. Kamu mau? Ambil aja,"ucapku jujur. "Masa iya? Tapi Kak mending Kakak aja yang jadi istri nya Mas Aufa,"ucap Naina.

"Ngga bisa Naina. Kakak orang kampung yang ke kota dengan harapan setelah lulus ilmunya bisa untuk membangun kampung,"ucapku. "Tapi Kak, Bunda aja masih kuliah waktu nikah Ayah. Kenapa Kakak ngga bisa?,"tanya Naina. "Beda Dek. Bunda mu anak yang hebat dan aku cuma remahan,"ucapku tersenyum tipis. Juga latar belakang keluarga Bunda mu orang yang berada berbeda dengan ku.

"Ibun loh kangen sama kakak. Karena Kakak orangnya lucu,"ucap Naina. "Ibun itu nenek mu?,"tanyaku di angguki nya. "Dek kamu mandi ya,"ucapku melihat beberapa bagian tubuhnya kotor. "Ngga usah Kak. Aku alergi beberapa jenis air,"ucap Naina membuat rahang ku nyaris jatuh.

"Wih akrab. Dek mau makan apa,"tanya Ayesha. "Nah tuh ikut Kakak Ayesha. Aku coba hubungi Paman mu,"ucapku berlalu. "Lah ngapain kamu bawa kertas nya Kak Almira Dek,"ucap Ayesha. "Mau dibawa nya pulang. Dah lah bawa Sha aku mau cari no nya dulu,"ucapku.

"Ngapain? Aku loh ada,"ucap Ayesha. "Ngomong maemun. Sekalian kamu yang chat biar aku ngga usah repot-repot chat segala. Ngga enak chat lawan jenis,"ucapku. "Kak koploan kenapa ngga mau chat lawan jenis,"tanya Naina. "Kalo Kakak chat sama lawan jenis, ngga fair suami Kakak di masa depan,"ucapku.

"Kakak ngga punya pacar,"tanya Naina. "Ngga ada hehe. Pokoknya spesial lah suami Kakak di masa depan,"ucapku. "Kalo Kakak yang itu,"tanya Naina. "Oh ada Dek. Ini Dek namanya Cha Eun-woo dan dia suami Kakak,"ucap Ayesha. "Itu pacar halu kak. Mbak yang kadang di ajak ke rumah Mas Aufa pasang foto kayak gitu semua,"ucap Naina tersenyum kecil.

"Makan tuh halu,"ucapku tergelak. "Sudah. Sana Nai makan sama Kak Ayesha. Aku mau jadi anak Indie lokal,"ucapku mengeluarkan kopi bersama dengan sebuah novel. "Ayo dek nanti kambuh gilanya kalo sudah mau Indie,"ucap Ayesha membuatku tergelak. Lagian mau ngapain lagi sembari menunggu liburan.

-^-

Percoyo wae Gusti mboten nate sare

"Kak koploan memang suka koplo kah kak,"tanya Naina yang tengah berbincang dengan Ayesha. "Err dia sebenarnya pernah begitu sayang tapi ternyata hanya dia yang sayang. Orang yang dimaksud ngga pernah balas,"ucap Ayesha.

"Kamu ngapain ceritakan kehidupan ngenes ku kocak,"tanyaku sebal. "Kak ngga usah sedih masalah cinta ntar sakit kayak Mas Aufa pernah sampai masuk rumah sakit,"ucap Naina membuatku tersedak kopi. "Dosen kita anak Indie tingkat parah,"ucap Ayesha terkekeh.

Tulung percaya aku sayang awakmu

Buktine sampean nglirik liane

"Admin lagu Koplo makhluk ini. Sampai nada dering juga koploan weh,"ucap Ayesha. "Hust Sha. Pak Aufa telfon. Angkat kan,"ucapku menyerahkan hp ku ke arahnya. "Ngga bisa aku angkat,"ucapku mengangkat tangan ku. Naina dengan santainya mengambil ponsel ku dan menggeser tombol hijau sembari me loudspeaker.

"Mas Aufa kemana?,"

"Dek kamu dimana sekarang? Kok bisa pake Hp nya Almira?,"

"Di kost nya Kakak koploan,"

"Kok bisa disana Dek,"

"Bosen kak cuma liat kakak ngobrol. Kakak koploan tadi lagi jalan baru aku mau ikut malah ketabrak. Tapi ngga luka,"

"Ya Allah Dek. Nanti shareloc. Ayah mu cariin kamu. Nanti Mas yang dibunuh,"

"Iya Mas,"

"Almira mana,"

"Kakak koploan mana bisa ngomong sama Mas. Kakak koploan ngga akan angkat telfon lawan jenis,"

"Tapi gimana saya nitipkan kamu Dek,"

"Kak ngomong aja Kakak koploan denger kok. Oiya sama ada temennya disini,"

"Siapa? Kasih ke Kakak satunya kalo gitu,"

Aku menertawai wajah Ayesha yang mendadak panik menerima panggilan dari Pak Aufa.

"Iya saya Ayesha Pak,"

"Ayesha saya titip keponakan saya ya. Maaf ngerepotin,"

"Baik Pak,"ucap Ayesha sesaat sebelum telfon terputus. "Alhamdulillah,"ucap Ayesha lemas. "Mau mati rasanya,"ucapku menghela nafas. "Kak udah ku shareloc,"ucap Naina mengembalikan ponsel ku. "Udah ayo tunggu dibawah,"ucapku sembari mematikan musik yang terputar.

"Kakak koploan diem bae,"ledek Ayesha. "As tagfurullah,"ucapku ingat ada anak kecil ngga mungkin misuh. "Nyaris,"ucapku. "Kakak koploan kenapa suka minum kopi sambil baca novel baru denger lagu koploan sih,"tanya Naina. "Karena kadang kita juga butuh masa untuk istirahat dengan koploan.

Karena semesta tau bahwa keadaan seseorang tidak baik-baik saja.  Dengan pahitnya kopi dikala senja sebagai pengobat lara,"ucapku. "Kakak malah kayak Mas Aufa kalo galau. Hah sampai Ayah bilangin Mas Aufa Jomblo ngenes dunia,"ucap Naina. "Kita akhirnya tau betapa alay nya beliau,"ucap Ayesha meringis.

"Jangankan dari cerita Naina, dari wajahnya aja itu sangat tersirat dia orang yang sudah ngebet nikah tapi ngga ada yang mau di ajak. Tapi Pak Aufa kek mana galau nya. Apa kayak anak ABG yang suka pasang status setia ku tak terbatas tapi tak pernah tampak di mata mu. Gitu kah,"tanyaku. "Eh sudah Al. Ngga berkah beneran nanti,"ucap Ayesha.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan kami membuatku segera berdiri. "Bunda,"ucap Naina langsung berlari ke arah mobil. "Naina kamu kenal mbak nya,"tanya wanita di dalam mobil. "Iya itu Kakak koploan Bun,"ucap Naina membuatku menahan senyum. Sekali aja aku ketahuan koploan dibilang Kakak koploan.

Malunya tuh nah. "Oh itu Mbak yang dibilang Ibu Mas. Mbak makasih ya,"ucap wanita itu tersenyum lebar. "Iya sama-sama Bu,"ucapku tersenyum kecil sembari melihat mobil berlalu menjauh. Baru saja mau masuk, sebuah motor berhenti di depan kami.

"Al,"ucap Kafa memberiku sebuah styrofoam. "Apa ini Kaf,"tanyaku heran. "Tadi pas lewat ngga sengaja liat kamu bawa anak kecil. Kayaknya belum selesai makan. Gimana dia udah pulang?,"tanya Kafa. "Eum iya baru aja. Makasih ya Kaf,"ucap ku. "Iya sama-sama Almira. Duluan ya,"ucap Kafa berlalu.

"Akh Kakak koploan enak kali masa muda mu di belikan sama Kafa. Lumayan tuh dari Kafa melanjutkan makan mu yang tertunda tadi. So sweet nya,"ucap Ayesha menyenggol lengan ku. "Mulai gila kan. Sudah senja belum berlalu, kopi sudah menanti,"ucapku berlalu masuk. "Dasar anak Indie,"ucap Ayesha hanya membuatku tertawa kecil.