'Bukan suatu hal yang bisa dipaksa, itulah cinta.'
.
.
.
Pernah merasakan jatuh cinta? Orang bilang cinta bisa membuatmu lupa tentang segalanya, jadi aku mencoba untuk jatuh cinta.
Tapi ternyata, jatuh cinta tidak semudah mengucapkan "aku cinta kamu" atau "maukah kamu jadi pacarku?"
Segalanya bertambah rumit saat aku mulai berpacaran dengan seseorang. Jadi aku putus dengannya setelah enam bulan menjalin hubungan.
"Kamu serius?"
"Iya!" jawabku tanpa pikir panjang.
Aku tidak tahu apa yang salah, saat aku melihat Elen, dia tiba-tiba menangis setelah mendengar konfirmasiku.
"Becandaan kamu itu nggak lucu tau," ucapnya sambil menarik-narik ujung jaketku.
"Aku nggak becanda El,"
"Tapi kan, hubungan kita selama ini baik-baik aja, terus kenapa?"
Memang tidak ada yang salah dengan hubunganku dan Elen, semua berjalan lancar.
Aku menggaruk belakang kepalaku dengan canggung.
"Mungkin aku bosan!"
Plakkk!
Elen menamparku sekuat tenaga, dan itu terasa sakit.
"Kamu tahu? Tamparan itu sama sekali nggak pantas kamu dapat, harusnya! Kamu mendapatkan sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu."
Aku terdiam, kutatap kedua mata Elen yang basah dengan air mata.
"Jangan nangis!" ucapku, berniat menyeka air matanya tapi ditepis oleh Elen.
"Jangan sentuh aku! Aku benci lelaki yang nggak punya hati seperti kamu."
Elen benar-benar marah padaku, dan tiba-tiba aku merasa menyesal. Aku tidak merasakan apa yang Elen rasakan, tapi ketika ku lihat lagi mata merahnya, kurasa aku melakukan hal yang salah.
"Aku pergi!" ucapnya lalu berbalik meninggalkanku di belakang.
Ditinggal disana sendirian, aku menghela napas perlahan sambil memandang senja di cakrawala. Hari ini seharusnya malam minggu kami yang indah. Tapi aku membuatnya berakhir dengan luka.
Apakah putus cinta sesakit itu?
Tolong beritahu aku.