Chapter 51 - 51.

Srek srek

"Hmm …."

"Dokumen apa yang dari tadi kakak baca?"

Sejak berangkat dari Yunne, Louis dan Chris sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang mereka bawa. Anne yang bosan melihat mereka, akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung.

"Hm? Ini daftar ksatria yang dikirimkan kaisar kemarin. Ada lebih dari seratus orang, tapi sepertinya masih akan kurang untuk bisa melawan Wart."

"Bukankah kaisar mengirim mereka untuk menjaga perbatasan?"

"Memang. Kaisar sengaja mengirim mereka dengan alasan keamanan perbatasan, tapi sebenarnya mereka dikirim untuk membantu perang dengan Wart. Ini hanya agar para bangsawan tidak curiga kaisar mendukung kita."

"Kaisar sendiri yang mengatakan hal itu?"

"Beliau sudah mengatakannya sebelum mengirim pasukan tersebut. Mereka juga sudah diberitahu mengenai hal ini dan dengan sukarela mendaftarkan diri untuk dikirim ke Pallona. Jadi tenang saja Anne. Oh ya, aku dengar kamu masih belajar sihir?"

"Aku hanya berlatih sedikit-sedikit. Karena bibi sedang kembali ke Crotta, teknik sihirku belum banyak berkembang."

"Tidak apa-apa, aku sangat ingin melihatnya. Jarang sekali ada pengguna sihir cahaya. Bisakah kamu menunjukkannya?"

"Saat ini aku hanya bisa membuat beberapa gelembung cahaya kecil, seperti ini."

Anne mengangkat tangannya dan membuat tiga gelembung cahaya kecil, biru, kuning, dan merah.

"Wah, ini sama sekali tidak terlihat mudah Anne. Kamu pasti sudah melatihnya dengan sangat baik hingga bisa dengan mudah membuatnya."

"Aku akan kembali membantumu juga sesekali. Sihirmu mungkin akan sangat membantu suatu hari nanti."

Chris sempat lupa mengenai pelajaran sihir Anne karena sangat sibuk membantu Louis akhir-akhir ini. Ia lah yang memperkenalkan Anne kepada sihir, sehingga sedikit merasa bertanggung jawab untuk mengajari Anne hingga mahir menggunakan sihirnya.

"Haha, tidak apa-apa Kak Chris, aku tahu kakak sangat sibuk akhir-akhir ini. Bagaimana keadaan paman dan bibi di Crotta?"

"Mereka baik-baik saja. Aku juga sudah memberitahu mengenai rencana kita dan menyuruh Jeremy kembali ke Crotta."

"Baguslah, Kak Jeremy juga pasti sibuk setelah lulus. Semoga saja rencana kita berjalan dengan lancar dan Kak Verto bisa cepat ditemukan."

"Hmm … iya. Hari ini kamu tampak berbeda Anne, apa kita akan kedatangan tamu?"

"Aku yang menyuruhnya Lou. Anne selalu berpakaian sederhana. Aku rasa karena inilah para pegawai Porta meragukan keadaan Keluarga Voinn."

"Hmm, ide bagus Chris. Aku kira nanny yang memarahimu Anne. Aku akan menyuruh Collin mengirimkan beberapa set perhiasan lagi untuk Anne. Kamu sangat cocok dengan warna biru, sayang sekali tidak ada tambang safir di Terra."

"Merah juga menurutku sangat cocok dengan Anne, membuatnya terlihat lebih tegas dan berani."

"Haha, benar. Biru membuatnya semakin terlihat lugu dan polos. Kamu harus mengganti kalungmu Anne. Itu terlalu sederhana."

"Tapi aku sangat menyukai kalung ini. Terlebih lagi ini adalah kalung sihir hadiah dari Pangeran Rein."

"Pengeran Reinhardt? Kenapa ia memberikanmu kalung? Chris, apa ada sesuatu diantara mereka?"

Louis menatap Chris dengan tajam. Anne masih terlalu kecil untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Mengapa Chris membiarkannya mendekati Anne?

"Aku tidak tahu apa-apa. Ia sepertinya tidak memiliki niat buruk."

Chris menggelengkan kepalanya sambil mengangkat bahunya, tidak ingin disalahkan. Jelas saat itu tidak ada apa-apa diantara mereka.

"Bukan seperti itu kak, aku hanya sangat menyukai kalung ini. Lagipula kalung ini bisa menyimpan kekuatan sihirku, untuk bisa digunakan disaat darurat."

"Baiklah. Aku akan meminta pengrajin memodifikasinya, itu terlalu polos."

"Saya akan meminta kurir membawanya ketika kita sudah sampai Pallona."

Kiara langsung mengusulkan sebelum Anne sempat membantah. Ia sangat setuju dengan keputusan Louis. Sudah berhari-hari ia meminta Anne mengganti kalungnya, tapi selalu diabaikan.

Suasana kembali sunyi dan Louis kembali membaca dokumennya, mencari apakah ada yang mencurigakan dari orang-orang yang mendaftar.

"Hoaamm …."

"Haha, tidurlah Anne."

Louis tertawa mendengar Anne menguap, mengingatkannya kepada cerita Chris yang mengatakan betapa seringnya Anne tertidur dalam perjalanan.

"BAIK MARQUIS!"

"Astaga, haruskah mereka menjawab dengan sangat lantang seperti itu?"

Kiara tersentak kaget ketika sedang menata rambut Anne. Hampir saja menjatuhkan sisirnya. Mereka bahkan belum sarapan, tapi sudah sangat bersemangat seperti itu. Sudah dari subuh mereka mulai latihan, dan membangunkan seluruh isi Kastil.

"Hahaha, apakah semangat mereka akan bertahan setelah seminggu mengikuti pelatihan? Pasukan kami di Verdant selalu kesal dengan pelatihan Kak Louis. Bahkan Kak Verto tidak mau mengikuti pelatihan mereka."

Bila tidak sedang berjaga, mereka latihan, kemudian berjaga lagi, kemudian latihan lagi. Mereka bergantian berjaga dan latihan sepanjang hari dan hanya memiliki jeda satu jam tiap pergantian posisi. Sepertinya istirahat mereka justru adalah saat mereka berjaga.

"Bukankah kita sangat membutuhkan pasukan ini? Bagaimana kalau mereka mengundurkan diri?"

"Lebih baik mereka mengundurkan diri sekarang, daripada terluka atau bahkan meninggal di medan perang. Seratus ksatria handal bisa mengalahkan seribu ksatria lemah. Itu yang selalu dikatakan Kak Lou. Ia sebenarnya memiliki hati yang sangat halus dan selalu berduka atas korban yang berjatuhan ketika perang."

"Melihat korban berjatuhan satu persatu juga akan sangat mempengaruhi mental dari seluruh pasukan. Semangat mereka untuk berjuang akan sangat menurun dan membuat mereka tidak fokus ketika bertarung."

Anne melanjutkan, sambil mengingat perang dengan Yull tahun lalu. Pasukan Verdant memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pasukan Yull, tetapi karena mereka tidak kuat menghadapi perbedaan cuaca disana, banyak korban berjatuhan. Mereka memang menang pada akhirnya, tapi Louis bahkan tidak mau datang ke pesta kemenangannya.

"Yah, semoga saja mereka mengerti niat baik Tuan Louis. Gaun mana yang akan anda gunakan hari ini nona? Hijau atau merah?"

"Yang hijau saja. Gaun merah itu terlalu mewah. Aku tidak ingin mereka menganggapku sombong, tapi juga tidak ingin direndahkan oleh mereka."

"Pilihan bagus nona."

Kiara dan Hilda segera membantu Anne mengenakan gaunnya. Perjalanan kali ini Anne hanya membawa Hilda karena persiapan yang sangat terburu-buru dan karena ia merasa tidak perlu membawa banyak pelayan. Nanny juga sekarang sibuk sebagai kepala pembantu di Yunne.

"Kak, apakah mereka akan latihan sepanjang hari? Setiap hari?"

Anne bertanya kepada Louis ketika mereka sarapan.

"Hmm, sepertinya mereka tidak akan sanggup. Jadi untuk bulan ini aku akan memberi mereka lima hari latihan, libur sehari, dan sehari tanpa latihan. Memangnya ada apa Anne?"

"Siang ini para Countess dan Viscountess akan datang. Apakah tidak apa-apa mereka melihat latihan para pasukan?"

"Baiklah, aku akan memindahkan latihan mereka ke lapangan belakang. Lagi pula menunjukkan pasukan kita, mungkin akan lebih baik. Tapi karena kalian akan membicarakan banyak hal, aku akan menyuruh mereka untuk tidak berisik."

"Terima kasih kak. Aku juga khawatir mereka akan kelelahan."

"Jangan berlebihan, mereka adalah ksatria Terra. Kalau seperti ini saja mereka tidak sanggup, lebih baik mereka tidak usah ikut perang dan berjaga di kastil saja."

"Ahaha …."

Chris tertawa canggung. Jangan sampai ia disuruh untuk mengikuti latihan juga.

"Aku tidak menyangka bahwa kastil ini adalah milik Keluarga Voinn, selama ini aku mengira ini adalah milik Count Tulle"

"Hoho, tidak, kami tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Kalian saja yang berasumsi sendiri."

"Untung saja kita memutuskan untuk pergi bersama, pasti akan sangat canggung berduaan saja dengan nona muda Voinn."

"Iya, aku dengar ia juga buta. Apakah kita bisa membicarakan festival ini dengannya? Bukankah ia masih terlalu muda?"

"Bila Marquis Voinn sendiri yang memerintahkannya, sepertinya ia memang sanggup. Kita lihat saja nanti."

"Kalau memang ia tidak bisa, paling seperti biasa kita lagi yang akan mengurus semuanya. Tidak perlu lagi berdiskusi dengan seseorang yang hanya akan menyusahkan."

Klek

Pintu kereta terbuka dan seorang penjaga mengulurkan tangannya untuk membantu mereka turun dari kereta.

"Silahkan turun madam"

"Terima kasih."

Countess Tulle turun dari kereta dengan anggun, disusul oleh Viscountess Restalla dibelakangnya.

"Selamat datang Countess dan Viscountess, perkenalkan saya Annette de Voinn."

Anne tersenyum tipis menyambut mereka di depan, setelah mereka turun dari kereta.