"Serahkan padaku." Abimayu menoyor wajah Cantika dengan gemas, "Biarkan aku mengurus izin usaha dan memikirkan cara menghiasnya. Kamu harus mempercayai laki-lakimu."
Wajah Cantika sedikit panas, dan dia mengerang, "Kamu bukan lelakiku, jangan mengatakan hal yang secara ambigu."
"Kecuali langkah itu, kita sudah seperti suami istri, Cantika."
"Jangan menggodaku." Cantika berbalik, tidak mau untuk melihat Abimayu.
Di depan, Jessy menatap Cantika dengan senyum ambigu, "Cantika, kamu akhirnya malu. Ini pertama kalinya aku melihatmu malu."
Cantika mengabaikan rasa malunya dan melirik Jessy, "Apakah kamu pernah malu?"
"Tidak." Jessy menggelengkan kepalanya dengan tidak jujur.
"Jangan ganggu aku, aku sedang memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya." Dengan itu, Cantika benar-benar jatuh ke dalam kontemplasi.
"Yang harus kau katakan hanyalah mempekerjakan karyawan." Suara magnetis Abimayu yang rendah terdengar di telinganya.
