Dia berjalan cepat ke arah Abimayu dan menatap lurus ke mata sipitnya, "Abimayu, apa maksudmu dengan menyewa ruko itu?"
"Aku taruhan."
Abimayu menjatuhkan puntung rokok, lalu menginjak puntung rokok itu dengan kakinya. Tindakan yang akan dilakukan oleh ribuan pria itu dilakukan olehnya, namun dengan semacam ketampanan yang keras kepala.
Cantika mengangkat alisnya bingung, "Taruhan? Taruhan apa?"
Abimayu mendekat, meletakkan tangannya di bahu Cantika, mencondongkan tubuhnya sedikit, dan menatap dalam ke matanya, "Taruhan jika aku bisa bertemu denganmu disini."
Cantika terkejut dan memandang Abimayu dengan heran, "Bagaimana kamu tahu bahwa aku ada disini?"
Abimayu menundukkan kepalanya, menyatukan dahi Cantika dengan dahinya, menutup matanya, dan menarik napas dalam-dalam dengan suara rendahnya, "Cantika, akhirnya aku melihatmu."
