Abimayu merangkul Cantika dan menghela nafas, ekspresi wajahnya yang tenang digantikan dengan kesuraman.
"Cantika.." Ucapnya dengan nada yang lemah sambil mengusap bahunya.
Cantika menatapnya dengan heran, dan dia mendengar nadanya yang lemah, "Ada apa?"
"Membayangkan Susanto menarikmu ke sebuah rumah, membuatku ingin membunuhnya." Abimayu memiringkan kepalanya dan menatap Cantika.
"Sudah cukup marah-marahnya." Cantika tersenyum, mengelus dadanya dengan tangannya yang kecil, membujuknya dengan suara lembut, "Jangan marah lagi, kamu tidak perlu membunuhnya karena orang itu sudah mati".
Abimayu memegang tangan kecil Cantika dan memegangnya erat-erat, Dia menatapnya, "Untungnya kamu lolos, jika tidak..."
Cantika tersenyum, berkedip, dan berpura-pura bertanya dengan santai, "Jika aku tidak melarikan diri dan aku benar-benar hancur, apa yang akan kamu lakukan?"
"Menikahi kamu."