"Ibu." Tasya berjalan ke Liana, dan di bawah tatapan semua orang, dia meraih tangan Liana dan tersenyum.
Menyentuh tangannya begitu dingin, dia mengerutkan kening dengan tidak senang: "Mengapa kamu tidak memakai mantel yang aku belikan untukmu? Lihat, tanganmu membeku."
Pemandangan itu membuat banyak kerabat melihat Liana, dan Liana tiba-tiba merasa bahwa Tasya sudah cukup menunjukkan sandiwaranya.
Liana mengangkat kepalanya dan dengan lembut membelai rambut di pipi Tasya: "Kamu gadis cantik, apa yang kamu lakukan tanpa mempelai wanita?"
"Saya ingin pergi dengan nyaman." Tasya tersenyum malu-malu.
Senyumannya mempesona banyak pria yang hadir, gadis yang begitu lembut.
"Ibu akan menemanimu." Liana tampak seperti ibu yang baik.
Setelah Tasya dan Liana pergi, perhatian kerabat kembali ke Cantika.
Tampaknya kecantikan Tasya seperti kilatan di wajan.
Kerabat berkumpul di sekitar Cantika dan bertanya dimana Cantika belajar mengukir.
