Sekarang, ketika Iskandar mendengar bahwa Sukma sakit, dia dalam suasana hati yang campur aduk. Yang membuatnya semakin tidak nyaman adalah anak itu tidak kembali ke Desa Siantar.
Cantika tidak meminta satu sen pun. Cantika masih anak-anak, dia harus pergi ke sekolah, dia harus menjaga adik perempuannya, dia harus bekerja sebagai tutor untuk menghasilkan uang, dan dia merawat ibunya dengan baik. Ibu yang sakit, Iskandar tiba-tiba merasa bahwa di antara anak-anaknya yang sedikit, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan Cantika.
Belum lagi anak-anak, cucu mereka sangat banyak, dan tidak ada yang seberani Cantika.
Cantika bisa membantu keluarga yang terlalu miskin untuk membeli makanan dengan memasak, dan hidup lebih baik daripada keluarga pada umumnya.
Tinggal di pusat pemerintahan kabupaten, bersekolah di ibu kota kabupaten, dan makan daging setiap hari ...
Cantika hanya menatap Iskandar dan Tasya dengan samar, dan berjalan langsung melewati mereka.
