"Aku melihatnya dengan Tuan Li. Ini akan dibuka Sabtu depan." Cantika memandang Raffi dengan harapan di matanya.
Raffi memandang Cantika dalam-dalam, "Cantika, aku sudah memikirkannya. Aku tidak ingin pergi ke perbatasan. Apa gunanya pergi ke sana tanpamu di kota itu."
Ketika Cantika mendengar ini, hatinya meledak: "Raffi, kamu tidak bisa memaksakannya pada masalah emosional. Dan aku ..."
Dan dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan masalah emosional sekarang, tetapi di telinga Raffi, dia merasa dia sudah memiliki keributan.
"Aku mengerti." Raffi mendongak seperti kakak laki-lakinya menyayangi adik perempuannya, dan mengusap kepala Cantika, "Kamu mengambil tempat pertama di provinsi dan kamu harus mengikuti ujian masuk sekolah menengah tahun depan, aku tahu. Cantika, jadilah dirimu sendiri, aku tidak ingin aku menekanmu."
"..."
