Suasana duka bukan hanya milik keluarga Wijaya seorang, tapi juga bagi Emily dan juga keluarganya. Setelah mendapat kabar dari pihak kepolisian, akhirnya mereka segera melakukan penerbangan untuk kembali ke negeri ini untuk mengantarkan pria itu ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Marie bahkan tidak kuasa menahan tangisnya melihat luka lebam di sekujur tubuh Martin. Bagaimana pun juga, pria itu pernah menjadi bagian dalam hidupnya dan mengisi memori indahnya di masa lalu sampai akhirnya semua hancur karena ulahnya sendiri.
"Martin ... maafkan aku ... maafkan aku," lirihnya.
Sekuntum bunga Marie letakkan sebelum tubuh itu hendak dikremasi. Emily memutuskan itu karena ingin membawa abu ayahnya pergi ke negara tempat di mana dia tinggal karena setelah ini, tidak ada lagi urusan yang mengharuskannya kembali ke negeri yang penuh dengan duka ini.
"Mam, ayo kita keluar. Petugas sudah datang."
"Iya, Mam," timpal Amelia berusaha membujuk Marie untuk segera pergi.