David merebahkan dirinya di atas ranjang kamarnya di kediaman Martin, tempat yang sudah lama dia rindukan setelah beberapa waktu harus terpisah karena hukuman dari Martin.
Di saat seperti itu dia jadi teringat akan kakaknya--Emily, wanita itu pasti merasakan hal yang sama bahkan lebih parah darinya karena harus tinggal di luar negeri sejak kecil.
Dia masih tidak bisa mengerti kerumitan di hatinya, rasanya semua bercampur tanpa bisa dia jelaskan perasaan apa yang tengah menguasai dirinya saat itu.
Tok tok tok'
Suara ketukan pintu terdengar nyaring, lalu pintu terbuka dan memperlihatkan Martin yang baru saja tiba di rumah setelah berjibaku dengan pekerjaan seharian penuh. "Apa papi boleh masuk?"
"Uhm."
Pria itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar putranya, lalu menutup rapat-rapat pintu kamar. Dia duduk di tepi ranjang, tepat di samping David yang tengah gelisah tidak tentu arah.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik."