Waktu berlalu begitu cepat, tapi tidak bagi Yustina dan juga Martin yang tengah perang dingin secara diam-diam.
Di hadapan semua orang termasuk Alexander mereka terlihat harmonis dan biasa saja, tapi di belakang mereka, Yustina dan Martin sama-sama saling memegang belati yang siap menusuk kapan saja.
Meski sandiwara mereka tertutup sempurna, Alexander bisa menilai dan melihat ada sesuatu yang berubah di antara adik dan juga Ibunya itu. Dia yang biasanya tidak peka saja bisa merasakan jika ada dinding pemisah transparan yang tebal dan sulit untuk ditembus dalam lingkaran hubungan keluarga itu.
Namun, boneka tetaplah boneka, dia hanya bisa menonton seraya menjaga apa yang dia miliki—kekuasaan yang sebenarnya hanyalah permainan di antara kedua orang yang disayanginya.
Daripada memikirkan soal itu, Alexander justru terlalu menggebu-gebu soal keturunan yang belum kunjung datang setelah kepergian anak pertamanya 4 tahun silam.
