Beberapa tahun silam ...
Yustina , seorang putri tunggal dari keluarga Wijaya tengah menatap gelas Wine miliknya. Suara alunan melodi musik klasik terdengar merdu, para tamu mulai berdansa mengikuti irama bersama pasangan masing-masing dan hanya Yustina yang memisahkan diri, memilih duduk di balkon gedung seraya menatap langit malam.
"Sial, aku bosan," lirihnya.
Diteguknya minuman itu dengan nikmat, rasa hangat menjalar di kerongkongannya yang terasa kering. Karena keperluan bisnis orang tuanya, dia harus selalu ikut dalam pertemuan dan acara membosankan seperti ini.
Seorang pria tua memakai tuksedo hitam mendekatinya, dialah Agung Wijaya—Ayah dari Yustina sekaligus pemilik perusahaan yang baru saja berkembang setelah merasakan jatuh bangun bisnis yang bergerak dalam bidang pengembangan.
"Yus, kenapa ada di sini? Ayo, carilah seseorang yang bisa diajak berkenalan," ucapnya seraya membenarkan tuksedonya.
