Mayang mencoba menutup matanya, namun kegelisahan yang sedang dia rasakan membuat matanya sulit terpejam.
"Sial!" gerutunya seraya menutup tubuhnya dengan selimut tebal.
Bram sulit untuk dihubungi, bahkan kini nomor telepon pria itu sudah berada di luar jangkauan. Jika sudah seperti ini, pada siapa lagi dia harus meminta tolong?
Mayang yakin, Yustina tengah mengawasinya saat ini, itulah kenapa dia merasa ruang geraknya terbatas, tidak seperti dulu. Dia butuh seseorang untuk menjadi kaki tangannya di luar sana, tapi tidak ada yang bisa dia hubungi karena sebelumnya Bram yang melakukan itu untuknya.
Tok tok tok'
Suara ketukan pintu nyaring terdengar, membuyarkan lamunannya yang kacau. Meski sebenarnya malas, namun saat mendengar suara orang yang tengah menunggunya membuka pintu adalah Robi, Mayang langsung bangkit dari ranjangnya lalu membuka pintunya.
"Mam, apa boleh aku masuk?"
"Hm .. silakan."