Semua berjalan terasa melambat, terutama saat satu per satu benang itu Nana sambungkan. Martin dan Mayang yang terus waswas dengan posisi mereka juga Yustina yang berjuang memerangi semua ketidakadilan itu dengan kesabarannya.
Masalah ini seperti pintalan benang takdir yang kusut. Jika salah memotongnya, bisa jadi hanya akan membuat semua benang terurai hancur. Tentu saja Yustina tidak mau semua itu terjadi, terlebih bagaimanapun juga Martin adalah putra yang dia besarkan meski dengan dasar denda, juga Robi yang sudah dia besarkan meski berdasarkan kebohongan.
Sebisa mungkin, dia ingin menyelesaikan semua itu tanpa harus memunculkan pintalan benang kusut itu ke permukaan, meski tentu saja itu tidak akan pernah terjadi.
Dalam persaingan, harus ada yang kalah dan menang karena itulah arti persaingan sesungguhnya. Intrik dan juga taktik menjadi kunci, meski dalam pemetaannya harus ada yang tersakiti.