Mayang berlari kecil seraya menyeka air matanya yang meleleh. Jika bukan karena Bram, mungkin saat itu juga dia sudah ditendang oleh mertua dan juga suaminya—Alexander.
Di belakangnya, pria itu mengejar seraya membawa benda pipih dengan dua strip berwarna merah terang itu. Mereka tiba di kamar, lalu Mayang langsung meraih koper miliknya di samping lemari pakaian. Melihat itu, tentu saja Alexander tidak akan tinggal diam, dia merebut koper itu dan menghentikan istrinya memasukkan pakaian.
"May!"
"Apa, Mas?! Bukankah kau mau kita berpisah, ha?"
"Itu 'kan hanya omong kosong kalau sampai bulan depan kau tidak mengandung juga, May—"
"Intinya tetap sama, Mas mau meninggalkanku!"
Alexander berusaha meraih tubuh wanita itu, lalu memeluknya erat. "Maafkan Mas, Sayang ... Mas janji tidak akan meninggalkanmu."
Mayang menangis tersedu-sedu, dia merasa kesal dan kecewa karena jika bukan karena Bram, mungkin dia hanya akan diperlakukan seperti sampah oleh suami dan mertuanya.