"Apa maksudmu, hah?"
Sifeng tiba-tiba jatuh terduduk. Kedua lututnya menghantam lantai begitu keras. Sifeng menunduk, sambil menekan luka tembaknya yang entah sejak kapan darah makin deras merembes dari sana. Lukanya membuka kembali.
Yushen begitu panik melihat itu. Ia berjongkok untuk melihat Sifeng lebih dekat.
Sifeng terus menekan luka tempat yang tepat di ulu hatinya. Dari kental merah kehitaman merembes melalui sela jemarinya.
Yushen perlahan mendekat tangannya untuk menyentuh tangan Sifeng yang berlumuran darah.
"A-Feng, lukamu semakin parah!" pekik Yushen. Ia ikut menekan luka Sifeng, yang terus menerus mengucurkan darah. Yushen berharap dengan begitu dia bisa menghentikan perdarahan pada luka tembak Sifeng.
"Apa pedulimu, Lao Yushen?!" teriak Sifeng. Ia masih tertunduk sambil duduk bersimpuh di lantai.