"Maafkan aku, A-Feng! Mama tidak pantas mendapat kasih sayangmu. Mama sudah jahat padamu, Son." Mama berucap.
Mama mengusap pipiku secara lembut. Sungguh, ini pertama kalinya Mama melakukan hal ini padaku.
"Aku sudah memaafkan semuanya, bahkan sebelum Mama mengatakan ini. Jadi, lupakanlah itu semua, Ma!"
Tangisan Mama semakin menjadi. Mama menangis tersedu-sedu sambil mencium pipi, kening dan rambutku.
Aku merasa sangat nyaman dalam dekapan Mama. Aku ingin waktu berhenti saat ini juga.
"Mama?" Aku memanggil Mama kembali.
"Iya, ada apa, A-Feng? Katakan apapun yang kau inginkan, Son!"
"Aku lelah, boleh aku tidur sebentar?" tanyaku, lirih.
Mama menggelengkan kepalanya.
"Ibu mohon, jangan pejamkan matamu, A-Feng! Apakah kau tega membuatku tidak punya teman bicara di tengah hutan seperti ini, heh?" Mama menggerutu, terlihat kesal.
Sesaat kemudian, Mama tersenyum simpul. Aku tahu senyum itu palsu. Mama hanya ingin menguatkan diriku.
Aku pun membalas senyuman Mama.